BAB
I
PENDAHULUAN
I. Latar
Belakang Masalah
Proses pembelajaran
pada pendidikan anak usia dini menjadi permasalahan yang pelik di Indonesia.
Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berorentasi
akademik; pembelajaran yang lebih menekankan pada pencapaian kemampuan anak
dalam membaca, menulis dan berhitung. Seharusnya, pembelajaran di jenjang anak
usia dini lebih diarahkan untuk mengembangkan berbagai potensi yang terdapat
dalam diri anak, seperti: fisik, kognisi, bahasa, dan sosial emosional.
Kecenderungan tersebut disebabkan antara lain karena pemahaman yang keliru
terhadap konsep pembelajaran pada anak.
Sebagaimana disadari,
anak merupakan sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan yang
pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan
karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dengan orang dewasa. Anak selalu
aktif, dinamis, antusias, bersifat egosentris, kaya akan imajinasi, fantasi,
memiliki daya perhatian yang relatif pendek, dan merupakan masa potensial untuk
belajar. Karena itulah, orang sering menyebutnya dengan the golden age (periode
emas). Proses pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memperhatikan perbedaan
karakteristik yang dimiliki setiap tahap perkembangannya. Apabila tidak didasari
pada karakteristik ini, maka anak hanya akan menjadi obyek penderita.
Pembelajaran sains
disekolah dimaksudkan untuk menanamkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa menjadi
warga negara yang melek sains dan teknologi , menguasai konsep sains dan
teknologi, menguasai sain dan teknologi untuk bekal hidup dalam bermasyarakat
dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pembelajaran
sains yang diperlukan adalah pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif.
Pembelajaran tersebut bertujuan agar dapat membangun pengetahuannya sendiri.
Untuk merancang pembelajaran tersebut guru sebaiknya merancang pembelajaran
sains yang dapat meningkatkan dan mengubah pengetahuan awal siswa terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu rancangan dalam muatan
pembelajaran adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
menetapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar.
Berdasarkan hasil
observasi, angket, dan wawancara pada studi terdahulu didapat data bahwa hasil
belajar berupa niali rata-rata pada mata pejaran IPA lebih rendah dibandingkan
dalam mata pelajaran lain. Hal ini dikarenakan siswa kurang menyukai dan tidak tertarik pada mata
pelajaran IPA, siswa merasa kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep IPA,
soal-soal IPA sulit dikerjakan, dan menuntut mereka untuk berpikir.
Pembelajaran yang berlangsung dalam kelas masih berpusat pada guru, kebanyakan
siswa hanya mendengarkan dan hanya beberapa siswa yang aktif bertanya apabila
terdapat konsep yang tidak dimengerti. Pembelajaran yang berlangsung di dalam
kelas lebih banyak dilakukan oleh guru dengan metode ceramah dibandingkan dengan
menggunakan metode eksperimen ataupun metode diskusi atau kelompok. Hal ini
disebabkan karena sangat kurangnya alat-alat atau media yang digunakan dalam
pembelajaran. Padahal sebagian siswa menyatakan bahwa lebih suka eksperimen
daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru atau hanya sekedar menulis
saja.
Salah satu jalan
keluar yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa maka
guru harus menerapkan metode atau teknik mengajar yang dapat meningkatkan minat
dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari. Salah satu model
pembelajaran adalah model pembelajaran TANDUR. Model pembelajaran TANDUR merupakan kerangka rancangan belajar quantum
teaching. Kunci dari model pembelajaran ini adalah membangun ikatan emosional
terlebih dahulu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan
yang baik, menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu, menyingkirkan segala hambatan
baru, menyajikan konsep di dalamnya, dan diakhiri dengan penguatan dan motivasi
yang membuat konsep sudah dipelajari tersebut lekat pada ingatan siswa.
Pembelajaran TANDUR
pernah dilakukan oleh oleh peneliti sebelumnya. Pertama Marwan (2004) yang
menyatakan dalam hasil penelitiannya
bahwa dalam penerapan model TANDUR berbasis inkuiri telah dapat mengatasi
kesulitan siswa dalam memahami konsep alat-alat optik dan telah membangkitkan
minat dan motivasi tehadap pelajaran fisika sehingga hasil mereka jauh lebih
baik daripada hasil siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Kedua Zuhroh
(2006) yang menyatakan bahwasannya terdapat peningkatan peningkatan hasil siswa
pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik selama menggunakan model
pembelajaran TANDUR. Ketiga Ganjar (2006) yang menyatakan bahwa terdapat
peningkatan pemahaman konsep stelah diterapkan model pembelajaran TANDUR
berbasis inkuiri dan efektivitas pembelajaran ini termasuk kategori sangat
tinggi, artinya model pembelajar ini sangat baik.
Berdasarkan uraian
diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian penerapan model pembelajaran TANDUR. Dalam penelitian ini
penulis mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR Terhadap Hasil
Belajar Siswa MI Al-Insan Pada Mata Pelajaran SAINS”.
II. Rumusan
dan pembatasan masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka dapat dijadikan rumusan masalah yang hendak akan dibahas
dalam penelitian ini adalah “Apakah
Ada Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR Terhadap Hasil Belajar SAINS Pada Siswa
MI Al-Insan”?
III. Tujuan
penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah yang telah diungkapkan diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah “Untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap
hasil belajar SAINS pada siswa MI Al-Insan”.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
1. Pengertian
belajar
Belajar adalah untuk
memperoleh pengetahuan, belajat juga dapat diartikan berlatih dan belajar juga
adalah mengubah kebiasaan buruk menjadi baik (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,2000:10). Belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis penuh resiko,
dan mengairahkan. Belum ada “aku tahu” disana. Kesalahan, kreativitas, potensi
dan ketakjuban mengisi tempat tertentu (Bobbi De Porter,2010: 62). Menurutnya,
bahwa perkembangan kognitif merupakan hasil interaksi antara dua elemen, yaitu
lingkungan dan struktur kognitif anak. Struktur intelektual terbentuk pada
individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang menggunakan
struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi
dalam lingkungannya. Belajar adalah seperangakat kegiatan, terutama kegiatan
mental intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai kegaiatan
yang rumit ( Gulo, 2002 : 73 ).
Belajar atau yang
disebut juga dengan learning adalah perubahan yang secara relatif berlangsung
lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman (Zikri Neni Iska,
2011). Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku akibat dari
pengalaman dan latihan (Wina Sanjaya, 2006). Hilgard mengungkapkan: “learning is the process by wich an activity
originate or changed through training produrs(wetherbin the laboratory or in
the natural environment) as distinguished from chanes by factors not
atributable to training.” Bagi Hilgard belajar itu adalah proses perubahan
melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan didalam laboratorium maupun
dalam lingkungan alamiah. Menurut Mursell & Nasution (2002), pengalaman
yang dilakukan tersebut haruslah membentuk makna atau pengertian. Hal ini
didukung oleh Depdiknas (2002), bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa
dalam membangun makna atau pengertian.
Roger, sebagai
penganut paham humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar.
a.
Belajar bermakna
Keberhasilan belajar
antara lain ditentukan oleh bermakna tidaknya bahan yang dipelajari.
Kebermaknaan ini dikaitkan dengan relevansi materi dengan kenyataan.
b.
Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar dengan
inisiatif sendiri menyebabkan belajar lebih bermakna. Untuk mencapainya
motivasi siswa harus ditumbuhkan sebelum mempelajari materi yang akan
diajarkan.
c.
Belajar dan perubahan
Dinamika masyarakat
mengisyaratkan terjadinya perubahan. Perubahan ini harus diantisipasi dengan
persiapan yang diperoleh dari belajar. Yang dibutuhkan sekarang adalah
kemampuan belajar dalam lingkungan yang terus berubah (Darsono dkk., 2000).
Faktor- Faktor
Yang Mempengaruhi Belajar
Telah dikatakan dimuka bahwa belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah
perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata lain dapat berhasil baik atau
tidaknya belajar itu tergantung pada macam- macam faktor. Adapun faktor- faktor
itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan (Zikri Neni Iska, 2011:73) yaitu:
a.
Faktor
yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor internal.
·
Kesehatan,
·
Intelegensi
·
Bakat
·
Motivasi
b.
Cara
belajar (Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor external.
·
Keluarga
·
Sekolah
·
Masyarakat
·
Teman
sebaya
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi
kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang
cukup kompleks. Aktivitas balajar individu memang tidak selamanya
menguntungkan. Kadang- kadang juga tidakllancar., kadangmudah menangkap apa
yang dipelajari, kadang sulit mencerna materi pelajaran. Dalam keadaan dimana
anak didik/ siswa dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut
kesulitan belajar.
2 . Hasil belajar siswa
Pengertian hasil belajar
dalam kamus umum bahasa indonesia adalah hasil yang dicapai dari yang
telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Seorang guru akan kecewa apabila
hasil yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai dengan target kurikulum. Dalam kaitannya dengan belajar, hasil berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh guru melalui mata pelajaran, yang lazimnyaditunjukan
dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Jadi hasil bermakna pada keberhasilan seseorang
dalam belajar atau
dalam bekerja atauaktivitas
lainnya. Munandar mengatakan bahwa, ”hasil itu merupakan perwujudan dari bakat dan
Profesionalisme. Hasilyang menonjol pada salah satu
bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut. Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut
Hamalik (2002: 155): Hasil belajar tampak
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,yang dapat diamati
dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap danketerampilan. Perubahan dapat
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap
tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Dimyati (2002: 3):Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar .
Hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu :
1. Faktor
dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi
belajar,minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis.
2. Faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Hasil
belajar siswa dapat di ketahui melalui evaluasi. Evaluasi berasal dari kata
evaluation dalam bahasa inggris dan di serap ke dalam bahasa Indonesia dengan
tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuain lafal Indonesia “
evaluasi “ yang berarti kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut di gunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Di muka telah di katakan bahwa
belajar merupakan suatu proses dan sudah barang tentu harus ada yang di proses
( masukan atau input ). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan
belajar itu dengan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan analisis
sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar ( Purwanto 2004 : 107 ) pada setiap orang dapat di
ikhtisar sebagai berikut :
Ø Alam
Ø Lingkungan sosial
Ø Luar kurikulum / bahan pelajaran
Ø Instrumen guru / pengajar
Ø Faktor sarana dan fasilitas
Ø Administrasi / manajemen
Ø Fisiologi kondisi fisik
Ø Dalam kondisi panca indera
Ø Bakat
Ø Psikologi minat
Ø Kecerdasan
Ø Motivasi
Ø Kemampuan kognitif
Menurut Munawar ( 2010 ) hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan
dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya
bahan pelajaran. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi
Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah
antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut
:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau
reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks
nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik,
manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih
dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil
belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian
dalam proses pembelajaran di sekolah.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
3.Pembelajaran
Pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah
yang lebih baik. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar
dan sengaja, oleh karena itu, pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Adapun
tujuan pembelajaran menurut Darsono dkk. (2000) adalah membantu siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman, sehingga tingkah laku siswa bertambah, baik
kuantitas maupun kualitas. Pengalaman tersebut meliputi pengetahuan, ketrampilan
dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku.
Pembelajaran dilakukan dengan pengaturan
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar yang
mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa
(DePorter, 2003). Pembelajaran yang baik menurut aliran Gestalt, yaitu usaha
untuk memberi materi pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah
mengorganisasikannya (mengaturnya) menjadi suatu pola bermakna (Gestalt)
(Darsono dkk., 2000). Menurut Mursell & Nasution (2002), agar pembelajaran
berlangsung dengan baik maka proses pembelajaran harus mengandung makna
sebanyak-banyaknya bagi siswa, bukan dengan rutinitas pengumpulan fakta.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar
dan Hasil Belajar.
a.
Raw input
Pada proses pembelajaran yang dimaksudkan raw input
atau masukan mentah adalah siswa yang perlu diolah dengan diberi pengalaman
belajar melalui proses belajar mengajar.
b.
Instrumental input
Instrumental input meliputi
faktor guru, metode, kurikulum, dan sarana. Peranan guru tergantung pada
penguasaan materi, strategi pembelajaran, dan motivasi yang diberikan kepada
siswa. Kurikulum mencakup kompetensi dasar dan standar kompetensi yang harus
dicapai siswa. Sarana pembelajaran antara lain alat peraga, alat praktek, ruang
belajar, laboratorium, dan perpustakaan.
c.
Environment input
Environment input meliputi
lingkungan alam dan lingkungan budaya sosial.
d.
Teaching learning process
Proses pembelajaran merupakan pengalaman yang
diperlukan oleh siswa agar berhasil memahami konsep. Pengelolaan pembelajaran
yang baik akan mendukung peningkatan hasil belajar.
e.
Output
Output merupakan siswa yang telah
mendapatkan pelajaran oleh guru sehingga dalam diri siswa menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, ketrampilan, dan nilai sikap.
Berdasarkan skema tersebut, tampak bahwa pada
instrumen input guru merupakan satu komponen yang menentukan keberhasilan siswa
karena guru mengelola komponen lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas proses
belajar. Sampai
saat ini guru merupakan sumber yang tidak tergantikan dalam pelaksanaan
pendidikan. Oleh karena itu setiap guru harus meningkatkan ilmu pengetahuannya.
Walaupun demikian, sebagai manusia guru juga mempunyai keterbatasan tertentu
apalagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat
sehingga guru perlu memberikan ketrampilan pada siswa untuk bisa memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan. Salah satu caranya adalah melalui kegiatan
pembelajaran dengan strategi TANDUR yang akan menambah kemampuan berpikir
kritis siswa pada saat belajar maupun di masa mendatang untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik.
4.
Strategi TANDUR
Strategi TANDUR ( Tumbuhkan,
Alami, Namai demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan ) merupakan strategi
pembelajaran yang dikembangkan dalam model pembelajaran quantum . Quantum
teaching menguraikan cara – cara baru yang memudahkan proses belajar lewat
perpaduan unsur seni dan pencapaian yang terarah, apaun mata pelajaran yang di
ajarkan. Dengan menggunakan metode Quantum teaching dapat menggabungkan
keistimewaan – keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang
akan melejitkan prestasi siswa ( DePorter, 2003: 3 )
Strategi TANDUR dirancang untuk
meningkatkan aktivitas siswa dengan pemberian pengalaman belajar melalui
pengamatan, penyelidikan, maupun diskusi atas pemasalahan yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengalaman belajar tersebut dikemas dalam skenario
pembelajaran yang menyenangkan. TANDUR adalah kependekan dari Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan yang merupakan kerangka
rancangan pembelajaran quantum learning (DePorter, 2003 : 88 – 93 ). Penjelasan
dari masing-masing tahap dalam TANDUR adalah sebagai berikut:
a.
Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat
BagiKu” (AMBAK) danmanfaatkan kehidupan belajar. Tumbuhkan, merupakan tahap
penumbuhan minat siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Melalui tahap ini
guru berusaha mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Motivasi yang
kuat membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti seluruh rangkaian
pembelajaran. Tahap tumbuhkan bisa dilakukan dengan menggali permasalahan yang
terkait dengan materi yang akan dipelajari, menampilkan suatu gambar atau benda
nyata, cerita pendek atau video.
b.
Alami
Alami merupakan tahap saat guru menghadirkan suatu
pengalaman yang dapat dimengerti oleh semua siswa. Tahap ini memberi kesempatan
siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Tahap alami
bisa dilakukan dengan mengadakan pengamatan atau praktikum.
c.
Namai
Tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci,
konsep, model, atau rumus atas pengalaman yang telah diperoleh siswa. Dalam
tahap ini, siswa dengan bantuan guru berusaha menemukan konsep atas pengalaman
yang telah dilewati. Tahap penamaan memacu struktur kognitif siswa untuk
memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan apa yang dialaminya. Proses
penamaan dibangun dengan pengetahuan awal dan keingintahuan siswa saat itu.
Tahap ini merupakan saat untuk mengajarkan konsep kepada siswa. Pemberian nama
setelah pengalaman akan menjadikan sesuatu lebih bermakna dan berkesan bagi
siswa. Untuk membantu penamaan dapat digunakan gambar, alat bantu, kertas tulis
dan poster dinding.
d.
Demonstrasikan
Tahap ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan apa yang telah mereka ketahui. Demonstrasi bisa dilakukan dengan
penyajian di depan kelas, permainan, menjawab pertanyaan, dan menunjukkan hasil
pekerjaan.
e.
Ulangi
Pengulangan akan memperkuat koneksi saraf sehingga
menguatkan struktur kognitif siswa. Semakin sering dilakukan pengulangan, maka
pengetahuan akan semakin mendalam. Pengulangan dapat dilakukan dengan
menegaskan kembali pokok materi pelajaran, memberi kesempatan siswa untuk
mengulangi pelajaran dengan teman atau melalui latihan soal.
f.
Rayakan
Perayaan merupakan wujud pengakuan untuk penyelesaian,
partisipasi dan perolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan dapat
dilakukan dengan memberikan pujian, tepuk tangan, bernyanyi bersama atau yang
lainnya (DePorter, 2003).
Langkah-langkah
model pembelajaran
Langkah
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
T =Tumbuhkan
|
1.Menyampaikan
tujuan pembelajaran
2.
Memberitahu manfaat materi untuk siswa
3.
Mengaitkan dengan dunia nyata
4.
Mengadakan kompetisi
5. Menggunakan media
6.Mengajukan berbagai pertanyaan dan masalah
7. menciptakan lingkungan fisik dan emosional
|
1.
Memperhatikan penjelasan guru
2.
Mengerjakan tugas
3.Saling
berkompetisi secara sehat.
|
A = Alami
|
1.
Mengajak siswa terlibat dalam pembelajaran
2.
Menciptakan keterlibatan pikiran dan fisik dan mental siswa.
|
1.Mengerjakan
tugas
2
Mengamati media
3.
Menjawab pertanyaan
4.
Membuat kesimpulan
5.
Berdiskusi kelompok
|
N = Namai
|
Menyajikan
materi dengan menggunakan perangkat pada media
|
Memperhatikan,
bertanya, menjawab pertanyaan guru dan mencatat
|
D= Demontrasikan
|
1.
memperlihatkan media IPA yang akan
digunakan
2.
membimbingl kegiatan diskusi pada mata
pelajaran IPA
|
1.
berlatih menyelesaikan pertanyaan, menyelesaikan tugas
2.
Menampilkan hasil kerja kelompok
3.
mengungkapkan berbagai saran dan pendapat.
|
U = Ulangi
|
1.
mengulang kembali konsep dan umpat balik
|
1.
mengungkapkan pendapat berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman belajar
.2.
membuat kesimpulan dengan kata-kata sendiri
|
R = Rayakan
|
1.
Memberi dukungan dan pengakuan untuk setiap usaha siswa
2.
Memberikan reward kepada kelompok
|
1.
Memberikan ekspresi atas keberhasilan kelompok
|
Dalam pembelajaran SAINS/IPA, penerapan strategi TANDUR memerlukan kesediaan guru
atau pendidik SAINS untuk mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi di
dalam masyarakat. Hal-hal yang bernuansa SAINS tersebut dapat berupa penemuan,
peristiwa alam, informasi baru dan aktual yang terkait dengan materi pelajaran
yang akan diajarkan. Permasalahan
atau fakta yang diajukan menjadi bahan untuk penyelidikan atau diskusi siswa.
Penerapan strategi TANDUR dalam pembelajaran SAINS
perlu memperhatikan karakteristik pelajaran SAINS/IPA. SAINS selain memiliki produk-produk dalam
bentuk fakta, konsep dan teori juga mengembangkan proses-proses ilmiah. Tahap
tumbuhkan, bisa dilakukan dengan menghadirkan fakta atau permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar siswa. Pengalaman belajar bisa
diberikan dengan pengamatan, penyelidikan, eksperimen ataupun kajian pustaka.
Demikian halnya dengan bernyanyi bersama, sebagai contoh kegiatan perayaan,
akan lebih tepat bila nyanyian tersebut masih terkait materi pelajaran IPA yang
akan diajarkan,
sehingga selain menyenangkan juga terdapat materi yang bisa dipelajari siswa.
Strategi TANDUR sebagai kerangka rancangan
pembelajaran quantum bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan inovatif. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Surya
(2002), bahwa pembelajaran dengan penerapan quantum learning akan
memberikan suasana yang menyenangkan.
BAB
III
ASUMSI
DAN HIPOTESIS
Adapun hipotesis yang akan
diujikan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh model pembelajaran TANDUR
terhadap hasil
belajar SAINS pada siswa MI Al-Insan.
BAB
IV
METODOLOGI
PENELITIAN
I.
Subjek penelitian
·
Populasi penelitian
Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa MI di Jakarta pada tahun ajaran 2011/2012.
·
Sampel penelitian
Sedangkan
sampel penelitian adalah siswa MI Al-Insan kelas1-6. Sampel yang digunakan
adalah ramdom sampling.
II.
Instrumen penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a.
Tes
hasil belajar
Menurut
Arikunto (2001:217) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan bakat yang dimiliki oleh indivodu atau kelompok. Tes digunakan untuk
mengukur hasil belajar pada ranah kognitif. Langkah-langkah penyusunan
instrumen hasil belajar pada ranah kognitif sebagai berikut;
·
Menentukan
standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) pada mata pelajaran IPA
·
Membuat
kisi-kisi instrumen penelitian
·
Membuat
soal berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat
·
Membuat
kunci jawaban dan pensekoran
·
Melakukan
revisi soal
·
Uji
coba instrumen terhadap siswa
b.
Observasi berupa angket
Lembar observasi digunakan untuk
menjaring kemampuan afektif dan psikomotorik siswa juga untuk melihat aktivitas
guru dalam pembelajaran. Instrumen observasi ini berbentk cheklist artinya
obsever hanya memberikan tanda cheklist, jika kriteria yang dimaksud dalam
format observasi ditunjukkan oleh siswa. Kemudian dilakukan pensekoran untuk
setiap indikator pada setiap aspek yang memiliki bobot yang sama. Hal tersebut
dilakukan agar memudahkan peneliti untuk melihat perkembangan indikator yang
ditunjukkan siswa pada pembelajaran.
Aspek afektif berkaitan dengan keseriusan dalam belajar,
kerjasama dalam penyelidikan, keseriusan dalam penyelidikan, dan memunjukkan
kejujuran dalam penyelidikan.
Aspek psikomotorik berkaitan
dengan keterampilan siswa dalam menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam penyelidikan, pada saat melakukan penyelidikan, mengumpulkan dan mencatat
data hasil percobaan, serta pada analisis data (diskusi) kelompok.
c.
Hasil
raport semester
III.
Desain dan prosedur penelitian
Penelitian ini merupakan uji coba
untuk mengetahui pengaruh pada proses strategi TANDUR pada mata pelajaran
IPA/SAINS MI. Penelitian ini dirancang dengan tiga tahapan yaitu persiapan
penelitian,pelaksanaan penelitian, pengambilan data. Pemilihan rancang ini
dilakukan karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahu pengaruh pembelajaran
IPA dengan strategi TANDUR. Desain yang digunakan adalah metode korelasional. Penelitian
korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data
guna menentukan, apakah data ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua
variabel atau lebih (Sukardi: 2009). Sedangkan menurut Gay dalam Sukardi
(2008:166) menyatakan bahwa; penelitian korelasional merupakan salah satu
bagian dari penelitian ex-posfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi
keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat
hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasional. Prosedur penelitian meliputi;
Persiapan penelitian
|
Pelaksanaan penelitian
|
Pengambilan data
|
Gambar 1. Desain penelitian
1.
Persiapan
penelitian
Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut;
§
Melakukan
observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis penyebab masalah
§
Membuat
instrumen berupa angket untuk siswa dengan tujuan mengumpulkan informasi sejauh
man anak berminat terhadap pembelajaran dengan strategi yang dipakai oleh guru
§
Membuat
instrumen berupa angket untuk siswa dengan tujuan mengumpulkan data atau
informasi sejauh mana anak berminat terhadap pembelajaran dengan strategi
TANDUR yang diterapkan.
§
Menyiapkan
alat dan bahn yang diperlukan dalam proses pembelajaran
2.
Pelaksanaan
penelitian
Penelitian
dilakukan dalam waktu 7 jam pelajaran yang terdiri dari 10 pertemuan.
Masing-masing pertemuan disusun dalam satu rencana pembeajaran. Guru
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Secara
garis besar kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut;
§
Guru
mengawali pembelajaran dengan menghadirkan permasalahan atau fakta yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari siswa
§
Berdasarkan
permasalahan yang telah dimunculkan, siswa melakukan penyelidikan
§
Siswa
mencoba menginterpretasikan hasil penyelidikannya
§
Pengetahuan
yang telah diperoleh, didemontrasikan oleh siswa
§
Guru
membimbing dan memberikan konsep yang dapat dipahami oleh siswa dengan
melakukan tanya jawab
3.
Pengambilan
data
Pengambila
data dilakukan selama proses pembelajaran dengan melihat aktivitas guru dan
siswa dengan alat observasi , skor hasil belajar.
BAB V
TEKNIK PENGOLAHAN DATA
1. Variabel
penelitian
a. Variabel
bebas (independen)
Pengaruh
model pembelajaran TANDUR
1) Definisi operasional: TANDUR adalah kependekan dari Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan yang merupakan kerangka
rancangan pembelajaran quantum learning (DePorter, 2003 : 88 – 93 )
2) Indikator : jumlah skor dari
angket pada pembelajaran TANDUR dalam IPA MI
b. Variabel
terikat
(dependen)
Hasil
belajar
1)
Definisi
operasional: Pengertian hasil belajar
dalam kamus umum bahasa indonesia adalah hasil yang dicapai dari yang
telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Seorang guru akan kecewa apabila
hasil yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai dengan target kurikulum.
2)
Indikator
: hasil raport pada tingkat semester
2. Metode
pengumpulan data
Salah
satu dalam pengumpulan data adalah menentukan cara mengukur variabel penelitian
dan alat pengumpul data. Untuk mengukur variabel digunakan instrumen penelitian
dan instrumen ini berfungsi untuk digunakan dalam mengumpulkan data. Adapun alat pengumpul data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)
Metode
angket
2)
Metode
korelasional
3)
Hasil
belajar (raport)
BAB VI
JADWAL PENELITIAN
Setiap rancangan penelitian perlu
dilengkapi dengan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam jadwal berisi
kegiatan apa saja yang akan dilakukan, dan berapa lama akan dilakukan. Penelitian
ini akan dilaksanakan dalam waktu
±6 (enam) bulan, dengan tahapan penelitian
I.
Persiapan
II.
Pelaksanaan
III.
Pengolahan Data
IV.
Penulisan penelitian
Jadwal
kegiatan
No
|
Kegiatan
|
Minggu ke:
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
||
I
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Pembuatan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Konsultasi dan bimbingan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Ujian proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Perbaikan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
II
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Penyebaran kuesioner
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pemantauan kuesioner
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pengambilan kuesioner
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
III
|
Pengolahan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Interpretasi
data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
IV
|
Penulisan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Konsep penulisan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Konsultasi dan bimbingan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Ujian penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Perbaikan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penggandaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN
INSTRUMEN ANGKET
Instrumen yang
diperlukan untuk mengungkapkan strategi TANDUR pada pembelajaran IPA MI/SD
Indikator
soal:
1.
Penerapan metode penumbuhan minat siswa
terhadap mata pelajaran IPA
2.
Penerapan metode alami, siswa memahami
materi pada mata pelajaran IPA
3.
Penerapan metode namai, dimana siswa
mengetahui kata kunci/konsep materi pada mata pelajaran IPA
4.
Penerapan metode demostrasi, dimana
siswa menunjukkan hasil materi yang diajarkan
5.
Penerapan metode ulangi, dimana siswa
dapat menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan
6.
Penerapan metode rayakan, dimana siswa
mendapatkan penghargaan berupa tepuk tangan, nilai dan hadiah lainnya.
A. Petunjuk
1. Jawablah
seluruh pernyataan di bawah ini.
2. Berilah
tanda cheklist (
) pada salah satu alternatif jawaban yang
paling sesuai
3.
Jawablah angket ini dengan sejujur-jujurnya dan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya
Keterangan:
4
berarti sangat setuju = SS
3
berarti setuju = S
2
berarti tidak setuju = TS
1
berarti sangat tidak setuju = STS
No.
|
Pertanyaan
|
Tingkat persetujuan
|
|||
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
||
1
|
Guru berusaha menumbuhkan rasa suka atau
ketertarikan siswa terhadap pelajaran.
|
|
|
|
|
2
|
Guru berusaha menumbuhkan suasana yang
menyenangkan
|
|
|
|
|
3
|
Guru menumbuhkan rasa nyaman dengan
memanfaatkan segala fasilitas yang ada
|
|
|
|
|
4
|
Guru berusaha menumbuhkan respon siswadengan berbagai cara, baik melalui pertanyaan-pertanyaan langsung atau
melalui video-video
|
|
|
|
|
5
|
Guru bertanya kepada siswa mengenaipengetahuan materi yang akan dipelajari.
|
|
|
|
|
6
|
Guru memberitahu tujuan pembelajaran pada materi
|
|
|
|
|
7
|
Guru memberitahu siswa mengenai manfaat
yang akan diperoleh setelah mempelajari materi yang diberikan
|
|
|
|
|
8
|
Sehubungan dengan materi, guru memberikancontoh peristiwa yang pernah dilihat dan dialami siswa sehari-hari
|
|
|
|
|
9
|
Guru mengkaitkan materi dengan pengalaman siswa
|
|
|
|
|
10
|
Guru memberi tugas kepada siswa
|
|
|
|
|
11
|
Guru memberikan informasi kepada siswa
tentang intisari kegiatan yang akan dilakukan serta materi yang akan
dipelajari
|
|
|
|
|
12
|
Guru menerapkan metode diskusi berkelompok dengan pembagian tugas untuk setiap siswa dalam satu kelompok
|
|
|
|
|
13
|
Guru menerapkan metode turnamen belajar dimana antar kelompok saling berkompetisi
|
|
|
|
|
14
|
Guru menggunakan media web interaktif dalam
pembelajaran
|
|
|
|
|
15
|
Dengan media gambar, video dan animasi yang terdapat dalam web interaktif, saya menjadi lebih tertarik dalam
pembelajaran.
|
|
|
|
|
16
|
Guru mengarahkan siswa untuk menggunakan
komputer dalam pembelajaran.
|
|
|
|
|
17
|
Guru mempersilahkan siswa untuk melakukan
presentasi di depan kelas
|
|
|
|
|
18
|
Guru membagi
kelompok kecil untuk diskusi
|
|
|
|
|
19
|
Guru
mengarahkan dan membimbing
|
|
|
|
|
20
|
Guru membuat
kesimpulan dari materi yang dipelajari
|
|
|
|
|
21
|
Guru memberikan komentar – komentar yang
positif dan membangun kepada siswa
|
|
|
|
|
22
|
Guru memberikan pembenaran dan penekananpada jawaban siswa yang salah.
|
|
|
|
|
23
|
Guru memberikan rangkuman mengenai materi
pembelajaran yang telah selesai disampaikan.
|
|
|
|
|
24
|
Guru meriview kembali materi
|
|
|
|
|
25
|
Guru menmbri umpan balik kepada siswa
|
|
|
|
|
26
|
Guru memberikan hadiah bagi kelompok yang
aktif dan mempunyai poin terbanyak.
|
|
|
|
|
27
|
Guru merayakan keberhasilan siswa denganbertepuk tangan
|
|
|
|
|
28
|
Guru memberikan siswa reward bagi yang berprestasi
|
|
|
|
|
29
|
Guru memberikan hukuman bagi siswa yang malas
|
|
|
|
|
30
|
Guru melakukan evaluasi terhadap siswa selama proses pembelajaran
|
|
|
|
|
BAB
VII
DAFTAR PUSTAKA
De Porter,Bobbi.2010.Quantum Teaching :Mempraktekkan Quantum Learning
di Ruang Kelas. Bandung:Kaifa.
Iska,Zikri Neni.2011.Perkembangan Peserta Didik Perspektif
Psikologi. Jakarta: KIZI BROTHER’S.
Sanjaya,Wina.2009.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana
Sukardi.2009.Metodelogi Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta:Bumi Aksara.
Jurnal
Zulvia,Ramdafitri. PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TANDUR.2008.
Jurnal Eko Rudiono. MUTU PROSES BELAJAR MENGAJAR
DENGAN PENERAPAN STRATEGI TANDUR PADA KAJIAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA DI SMP
NEGERI 2 MANDIRAJA BANJARNEGARA.2006.
Jurnal Rimba Hamid dan Aceng Haetami.
MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA I SMAN 5 KENDARI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM.2007/2008.
Jurnal Udin S. Sa’ud. .INOVASI PEMBELAJARAN PADA TKB MANDIRI SMP TERBUKA.
Jurnal Aris
Cahyono .Model Pembelajaran TANDUR Berbasis e-Learning Untuk Meningkatkan
Aktivitas Siswa Memahami Konsep Hereditas di Kelas XII SMAN Plus Provinsi Riau.
Jurnal nama pengarang .Model TANDUR
Berbasis Inkuiri dan Menulis Karangan Narasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar