BAB
I
PENGERTIAN
SASTRA
1. Apakah
sastra itu?
1.1
Mengelak batasan
Ada
beberapa alasan mengapa batasan tentang sastra sulit dibuat;
1)
Sastra bukan ilmu,
tetapi sastra adalah seni
2)
Sebuah batasan selalu
berusaha mengungkapkan hakikat sasaran
3)
Sebuah hakikat sastra sulit
menjangkau hakikat dari semua jenis bentuk sastra
4)
Sebuah batasan tentang
sastra biasanya tidak hanya berhenti pada deskripsi, tetapi suatu usaha
penilaian.
1.2
Beberapa batasan
Diantaranya;
1)
Isi sastra
2)
Ekspresi
3)
Bentuk
4)
Bahasa
1.3
Hakikat keindahan
Suatu
bentuk sastra disebut indah jika organisasi unsure-unsur yang dikandung
didalamnya memenuhi syarat. Diantar syaratnya yaitu;
1)
Keutuhan
2)
Keselarasan
3)
Keseimbangan
4)
Focus
1.4
Mutu karya sastra
Bentuk
sastra dapat dikatakan bermutu jika memenuhi;
1)
Karya sastra adalah sebuah
usaha rekaman isi jiwa sastrawannya
2)
Sastra adalah
komunikasi
3)
Sastra adalah sebuah
keteraturan
4)
Sastra adalah
penghiburan
5)
Sastra adalah sebuah
integrasi
6)
Sebuah karya sastra
yang bermutu merupakan penemuan
7)
Karya sastra yang
bermutu merupakan ekspresi sastrawannya
8)
Karya sastra yang
bermutu merupakan sebuah karya yang pekat
9)
Karya sastra yang
bermutu merupakan penafsiran kehidupan
10)
Karya sastra yang
bermutu adalah sebuah pembaharuan.
1.5
Manfaat karya sastra
1)
Karya sastra besar
member kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran hidup ini
2)
Karya sastra memberikan
kegembiraan dan kepuasan batin
3)
Karya sastra besar itu
abadi
4)
Karya sastra besar itu
tidak mengenal batas kebangsaan
5)
Karya sastra besar
adalah karya seni; indah dan memenuhi kebutuhan manusia terhadap naluri
keindahan
6)
Karya sastra dapat
memberikan pada kita penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui
7)
Membacakarya sastra
besar juga dapat menolong pembacanya
menjadi manusia berbudaya
2. Sastra
sebagai pengalaman
Yang dimaksud dengan pengalaman disini
adalah jawaban yang utuh dari jiwa manusia ketika kesadarannya bersentuhan
dengan kenyataan.
3. Sastra
sebagai pengalaman seni
Pada dasarnya peristiwa sastra adalah
peristiwa komunikasi, walaupun tentu saja suatu jenis komunikasi yang khas.didalam
peristiwa sastra, pedengar atau pembaca menemukan kepuasan jika ia menyadari
bahwa ia telah dapat memahami dan merasakan pikiran-pikiran dan perasaan
sastrawan.
4. Sastra
sebagai karya seni
Ada tiga hal yang membedakan karya
sastra dengan karya-karya (tulis ) lain yang bukan sastra, yaitu sifat khayali,
adanya nilai seni dan adanya cara penggunaan bahasa yang khas.
5. Sastra
dan kehidupan
Hubungan sastra dan kehidupan dewasa ini
merupakan suatu hal yang pelik dan masih dipermasalahkan orang. Di masyarakat
tradisional, sastra merupakan bagian yang tak terpisahkan secara lahiriah dari
kepercayaan, kegiatan mencari nafkah, pekerjaan, permainan, dan sebagainya.
6. Jenis
(genre) sastra
Sastra dapat digolongkan menjadi dua
jenis, yaitu sastra imajinatif dan sastra non-imajinatif. Dalam penggolongan
sastra prosa adalah fiksi dan drama. Jenis fiksi terbagi dalam genre-genre
novel atau roman, cerita pendek, dan novelette. Sedangakan jenis drama terdiri
dari drama komedi, drama tragedy, melodrama, dan drama tragokomedi.
Adapun genre puisi terdiri dari
bentuk-bentuk puisi epic, puisi lirik, dan puisi dramatic. Dengan demikian
dalam sastra dikenal genre-genre sastra yang dapat dibuat diagramnya sebagai
berikut;
|
Bagan
diagram1.1
SASTRA NON-IMANIJATIF
|
SASTRA
IMANJINATIF
|
1.
Memenuhi estetika
seni (unity, balance, harmony, dan
right emphasis)
2. Cenderung
mengemukakan fakta
3. Bahasa
cenderung denotative
|
1.
Memenuhi estetika
seni (unity, balance, harmony, dan
right emphasis)
2. Cenderung khayali
3. Bahasa
cenderung konotatif
|
7. Sastra
non-imaninatif
Jenis-jenis sastra non-imajinatif yaitu;
7.1
Esei adalah karangan
pendek tentang sesuatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.
Cara
mengupas sesuatu fakta dalam esei dapat dibagi empat;
·
Esei deskripsi
·
Esei eksposisi
·
Esei argumentasi
·
Esei narasi
7.2
Kritik adalah analisis
untuk menilai sesuatu karya seni, dalam hal karya sastra. Cara kerja kritikus
ada dua yaitu deduktif dan induktif.
7.3
Biografi atau riwayat
hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
(sastrawan). Tugas penulis biografi adalah menghadirkan kembali jalan hidup
seseorang berdasarkan sumber atau fakta-fakta yang dapat dikumpulkannya. Ada
empat biografi yaitu biografi ilmiah, biografi berat, biografi popular, dan
novel biografi.
7.4
Otobiografi adalah
biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri, atau kadang-kadang ditulis oleh
orang lain atas penuturan dan sepengetahuan tokohnya.
7.5
Sejarah adalah cerita
tentang zaman lampau sesuatu masyarakat berdasarkan sumber-sumber tertulis
maupun tidak tertulis.
7.6
Memoar adalah sebuah
otobiografi, yaitu ruwayat yang ditulis oleh tokohnya sendiri. Bedanya, memoir
membatasi diri pada sepenggal pengalaman tokohnya.
7.7
Catatan harian adalah
catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungan hidupnya yang ditulis secara
teratur.
7.8
surat-surat
8. Sastra
imajinatif
8.1
Puisi
8.1.1
Puisi epik
Dalam
puisi epic penyair menuturkan sebuah cerita dalam bentuk puisi. Dalam jenis ini
dikenal bentuk-bentuk epos atau wiracerita, fable, dan balada.
8.1.2
Puisi lirik
Kalau
dalam puisi epik penyair bersifat objektif dan impersonal terhadap objeknya,
maka dalam puisi lirik penyair menyuarakan pikiran dan perasaan pribadinya
secar lebih berperan. Puisi lirik ditinjau dari maksud sajak terbagi tiga yaitu
puisi efektif, sajak kognitif, sajak ekspresif.
Sedangkan, dari segi isinya puisi lirik terbagi Sembilan, yaitu elegy,
hymne, ode, epigram, humor, pastoral, idyl, satire, dan parodi.
8.1.3
Puisi dramatic
Puisi
drmatik pada dasarnya berisi analisis watak sesorang baik bersifat historis,
mitos ataupun fiktif ciptaan penyairnya.
8.2
Fiksi atau prosa
naratif
8.2.1
Novel adalah cerita
berbentuk prosa dalam ukuran luas. Ukuran luas disini berarti cerita dengan
plot yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita
yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Novel dapat dibagi tiga
yaitu novel percintaan, novel petualangan, novel fantasi.
8.2.2
Cerita pendek adalah
cerita berbentuk prosa yang relative pendek. Kata pendek disini dapat
diartikan; dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam.
Dikatakan pendek karena genre ini, hanya mempunyai efek tunggal, karakter, polt,
dan setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks.
8.2.3
Novelet adalah cerita berbentuk
prosa yang panjangnya antara novel dan cerita pendek. Bentuk novelet juga
sering disebut sebagai cerita pendek yang panjang saja.
8.3
Drama
Drama
adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para
tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab
naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan.
9. Fiksi
sastra dan eskapisme
Ada dua yang membedakan bacaan fiksi
sastra dan fiksi popular. Pertama, tuntutan hiburan ringan pada novel dan
cerita pendek popular, sedang pada novel dan cerita pendek sastra justru
dituntut untuk memberikan pemahaman hidup secara luas dan mendalam. Kedua,
fiksi popular bersifat eskapisme, yakni melepaskan diri dari kenyataan dan
persoalan hidup sehari-hari.
BAB
II
CERITA
PENDEK
1. Plot
Plot yaitu jalannya cerita atau alur.
Unsure-unsur plot antara lain;
1.1
Pengenalan
1.2
Timbul konfik
1.3
Konflik memuncak
1.4
Klimaks
1.5
Pemecahan masalah
2. Tema
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang
dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan
sesuatu pada pembacanya.
3. Karakter
Karakter adalah penggmbaran tokoh pada
cerita. Bagaimana kita bisa mengenali karakter dalam sebuah cerita?
3.1
Melalui apa yang
diperbuatnya
3.2
Melalui ucapan-ucapannya
3.3
Melalui penggambaran
fisik tokoh
3.4
Melalui
pikiran-pikirannya
3.5
Melalui penerangan
langsung.
4. Setting
Setting dalam fiksi bukan hanya sekedar
background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan
terjadinya.
5. Point
of view
Point of view pada dasarnya adalah visi
pengarang, artinya sudut pandangan yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian
cerita. Ada empat point of view yang asasi, seperti;
5.1
Omniscient point of
view (sudut pandang yang berkuasa)
5.2
Objectif point of view
5.3
Point of view orang
pertama
5.4
Point of view peninjau.
6. Gaya
Gaya adalah cara khas pengungkapan
seseorang. Cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau
persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen, itulah gaya seorang
pengarang.
7. Suasana
Suasana adalah kejadian atau hanya
pembicaraan tokohnya, tetapi selama kita mengikuti ceritanya terasa ada suasana
tertentu yang menggayuti hati kita. Tentu saja bahwa suasana cerita baru
terbina jika unsure cerita yang lain berjalan dengan baik.
BAB
III
DRAMA
1. Anatomi
sastra drama
Kebanyakan naskah-naskah drama
dibagi-bagi dalam babak. Jika diperhatikan lebih seksama, pembagian ke dalam
babak-babak itu tidak dilakukan pengarang dengan semena-mena, melainkan
bersandar pada alas an yang kuat. Dengan kata lain, pengarang membagi-bagi naskahnya
didorong oleh kebutuhan nyata. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan
pelaksanaan pemetasan naskah tersebut. Di dalam pementasan, peristiwa-peristiwa
yang dilukiskan tidak selamanya terjadi disuatu tempat pada suatu waktu.
2. Plot
atau alur cerita
Plot atau alur cerita adalah rangkaian
peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya,
peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua, peristiwa ketiga dan
selanjutnya, hingga pada dasar peristiwa terakhir ditentukan terjadinya oleh
peristiwa pertama. Cara sederhana untuk menjelaskan pengertian plot adalah
dengan mengambil dua contoh berikut; pertama, ayahnya meninggal dan keesokan
harinya ibunya meninggal pula, dan kedua, ayahnya meninggal dan keesokan
harinya, karena sedih, ibunya meninggal pula. Contoh ke-1 bukan plot; contoh
ke-2 adalah plot, karena peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua.
Menurut Aristoteles menyatakan bahwa
plot adalah roh drama. Disamping fungsi utamanya untuk mengungkapkan buah
pikiran, plot melaksanakan faal lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu
menangkap, membimbing, dan mengarahkan perhatian pembaca. Unsure plot yang
harus diemban oleh pembaca yaitu;
2.1
Ketegangan (suspense)
2.2
Dadakan (surprise)
2.3
Ironi dramatic
(dramatic irony)
3. Struktur
dramatic Aristoteles
Didalam cerita konvensional struktuk
yang dipergunakan adalah struktur dramatic Aristoteles. Struktur adalah suatu
kesatuan dari bagian-bagian yang jika satu diantara bagiannya diubah atau
dirusak, akan berubah atau rusaklah seluruh struktur itu. Struktur dramatic
Aristoteles terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain saling tunjag-
menunjang. Adapun bagian-bagian itu, yaitu
3.1
Eksposisi
Eksposisi
adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Sesuai dengan
kedudukannya, eksposisi berfaal sebagai pembuka yang memberikan penjelasan atau
keterangan.
3.2
Komplikasi
Komplikasi
atau penggawatan merupakan lanjutan dari eksposisi dan peningkatan daripadanya.
Didalam bagian ini, salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakasa untuk
mencapai tujuan tertentu.
3.3
Klimaks
Dalam
bagian ini pihak-pihak yang berlawanan atau bertentangan, berhadapan untuk
melakukan perhitungan terakhir yang menentukan. Didalam bentrokan itu nasib
para tokoh cerita diceritakan.
3.4
Resolusi
Dalam
bagian ini semua masalah yang ditimbulkan oleh prakasa tokoh atau tokoh-tokoh
cerita terpecahkan.
3.5
Konklusi
Dalam
bagian ini nasib tokoh-tokoh cerita sudah pasti.
4. Tokoh
cerita atau karakter
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil
bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau dari sebagian peristiwa yang
digambarkan didalam plot. Sifat dan kedudukan tokoh cerita didalam suatu karya
sastra dramaberaneragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan pada tokoh
penting (major) dan ada pula yang tidak terlalu penting dan digolongkan pada
tokoh pembantu (minor). Ada yang berkedudukan sebagai protagonist, antagonis,
kepercayaan (confidant).
5. Bahasa
Unsure drama yang sangat penting adalah
bahasa. Kiranya tidak perlu dikemukakan lagi bahwa tanpa bahasa tidak mungkin
diciptakan karya sastra drama. Namun, yang akan diuraikan disini ialah
kedudukan dan faal bahasa terhadap unsure-unsur drama lainnya. Dalam hubungan
dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran. Disamping untuk pembuatan tokoh,
bahasa dapat menggerakkan plot. Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan
suasana cerita. Melalui bahasa yang diucapkan oleh para tokoh cerita atau
petunjuk pengarang, kita mengetahui tentang tempat, waktu atau zaman dan
keadaan dimana cerita terjadi. Selain itu, bahasa juga berperan sebagai
hubungan dengan tokoh cerita, dan untuk mengungkapkan buah pikiran pengarang.
6. Buah
pikiran atau tema
Sebelum langsung pada tema dalam karya
sastra drama, beberapa hal yang perlu dikemukakan terlebih dulu. Pertama, hal
yang berhubungan dengan kedudukan seniman sebagai cendekiawan. Kedua, hal yang
berhubungan dengan proses penciptaannya. Proses penciptaan karya sastra drama
tidak lepas dari kecendekiawan. Seorang dramawan atau penulis naskah drama pertama
menemuka masalah. Artinya, ia melihat kesenjangan antar kenyataan dan harapan.
Unsure buah pikiran dalam sastra drama
terdiri dari masalah, pendapat, dan pesan pengarang secara langsung dan
intuitif. Buah pikiran atau tema merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan
oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu buah pikiran justru menjadi
pedoman dan pemersatu bagi unsure-unsur drama lainnya.
7. Dorongan
atau motivasi
Motivasi adalah unsure yang menentukan
baik terhadap perbuatan maupun terhadap percakapan (dialog) yang diucapkan oleh
tokoh cerita, khususnya tokoh utama.
8. Hubungan
langkah-langkah apresiasi dengan unsur-unsur dramatik
8.1
Keterlibatan jiwa,
yaitu suatu peristiwa ketika pembaca menyimak pikiran dan perasaan pengarang
dalam hubungannya dengan suatu masalah yang dihadapi didalam kehidupannya.
8.2
Kemampuan pembaca untuk
melihat hubungan mantik (logis) antara gerak-gerik pikiran, perasaan dan
khayalnya dengan unsure-unsur drama yang terdapat dalam karya drama itu.
8.3
Apresiasi drama dicapai
ketika pembaca mempermasalahkan dan menemukan atau tidak menemukan hubungan
(relevansi) antara buah pikiran pengarang dengan pengalaman pribadinya dan
pengalaman kehidupan masyarakat secara umum. Dalam tingkat ini pembaca
menetapkan apakah buah dramawan ada manfaatnya, baik dari segi dirinya maupun
bagi masyarakat.
LAMPIRAN
I
PENGANTAR
APRESIASI SASTRA
1.
Kata apresiasi
mengandung pengertian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam
hubungan dengan sastra dan pristiwa sastra, kata apresiasi mengandung pengertian
memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai. Dapat disimpulkan apresiasi
adalah suatu peristiwa dalam waktu. Artinya, untuk dapat memahami, menikmati,
dan menghargai atau menilai, seorang pembaca memerlukan waktu. Setelah suatu
sastra selesai dibaca maka seorang pembaca baru dapat memutuskan secara adil,
apakah ia dapat memahami, menikmati, menghargai atau menilai karya itu. Langkah-langkahnya;
1.1
keterlibatan jiwa
1.2
pembaca memahami dan
menghargai penguasaan sastrawan terhadap cara-cara penyajian pengalaman hingga
tercapai tingkat penghayatan yang pekat
1.3
pembaca
memepermasalahkan dan menemukan hubungan
pengalaman yang ia dapat dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan
nyata yang dihadapinya.
2.
Kerangka metode
pengajaran apresiasi sastra
Metode pengajaran apresiasi sastra
yang tepat adalah yang di satu pihak sesuai dengan hakikat dengan faal sastra
sebagai pengalaman, dipihak lain sesuai dengan langkah-langkah apresiasi
sastra. Langkah-langkah apresiasi sastra merupakan peristiwa yang melibatkan
seseorang kedalam kegiata pikiran, perasaan, dan khayal, juga rasa puas,
kekaguman dan pengahargaan. Dengan demikian, metode pengajaran apresiasi sastra
tepat yaitu metode yang membuka peluang dari para siswa untuk mengalami
perkembangan jiwa dan kepuasanserta kegembiraan dalam pergaulan mereka dengan
karya-karya sastra. Tujuan utama pengajaran apresiasi ialah tumbuhnya kemampuan
siswa dalam mengalami langkah demi langkah apresiasi dengan wajar dan lancar.
3.
Membaca bersama
Strategi belajar dikelas yang paling
cocok bagi pengajaran apresiasi sastra
adalah strategi membaca bersama. Maksudnya, cara yang membri peluang
pada para siswa untuk mengalami langkah demi langkah apresiasi sastra dengan
dukungan baik dari sesame siswa maupun dari pengajar. Dalam strategi membaca
bersama pengajar menyiapkan dan
menyajikan bahan pelajaran berupa karya sastra yang sesuai. Setelah memberikan
tugas membaca kepada beberapa siswa, pengajar mendorong siswa untuk melakukan
langkah-langkah apresiasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
disiapkan secara seksama. Para siswa memberikan jawaban dan saling membantu
menyempurnakan jawaban mereka dalam suatu diskusi yang dipimpin oleh pengajar.
BAHAN BACAAN
Ardan,S.M.,Terang Bulan Terang dikali,Jakarta:
Pustaka Jaya, 1974.
Boesje,
Motinggo,Nasehat Buat Anakku, Sastra
,1962.
Burton,S.H.,The Criticism Of Poetry, London:
Longman,1977
Forster,E.M.,Aspek-Aspek Novel, Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa Dan Pustaka,1997.
Hamalian,Leo
dan Frederick R.Karl, The Shape Of
Fiction,New York: Macgraw Hill, 1967.
HUDSON,
William Henry, An Introduction to the
Study of Literature, London: George G. Harrap, 1958.
Hutagalung,M.S.,
Memahami Dan Menikmati Puisi,
Jakarta: Gunung Mulia,1971.
Hutagalung,M.S.,Telaah Puisi, Jakarta: Gunung Mulia,
1973
Jan
van Luxemburg dkk.,Pengantar Ilmu Sastra
(Terjemahan Dick Hartoko),Jakarta: Gramedia,1984.
Jassin,H.B.,
Tifa Penyair Dan Daerahnya, Jakarta:
Gunung Agung. 1965.
Junus,
Umar, Dasar-Dasar Interpretasi Sajak,
Kuala Lumpur: Heinemann Asia,1981.
Kayam,
Umar, Seribu Kunang-Kunang Di Mahattan,
Jakarta: Pustaka Jaya,1972.
Kenney,William,
How To Analyze Fiction, New York:
Monarch Press. 1966.
Leo,
Brother, English Literature, A Survey And A Commentary, london: . Grimm and
company,1982.
Liaw
Yock Fang, Ikhtisar Kritik Sastra,
Singapura :Pustaka Nasional, 1955.
Lubis,
Mochtar, Tehnik Mengarang,Jakarta:
Dinas Penerbitan PP Dan K, 1955.
Lubis
Mochtar, Kuli Kontrak, Jakarta :
Sinar Harapan,10982.
Macgraw,H.
Ward, Prose And Poetry Of America,
The Singer Coy, 1935.
Meredith,
Robert G., Structuring Your Novel,
New York: Harpers And Row, 1972.
Notosusanto,
Nugroho, Rasa Sayange, Jakarta:
Pembangunan, 1961.
Oemarjati,
Boen S., Bentuk Lakon Dalam Sastra
Indonesia, Jakarta: Guung Agung, 1971.
Perrine,
Laurence, Literature: Structure, Sound
And Sense, New York: Harcourt Brace Javanovich,1978.
Poerwadarminta,
W.J.S, Bahasa Indonesia Untuk Karang
Mengarang, Yogyakarta: U.P Indonesia,1979.
Raphael,
A Book Of Stories, Macmillan Company,1960.
Ratmana,
S.N., Sungai, Suara, Dan Luka,
Jakarta: Sinar Harapan, 1981.
Reaske,
Christopher Russer, How To Analyze Poetry
, New York: Monarch Press, 1966.
Reaske,
Christopher Russer, How To Analyze Drama,
New York: Press, 1966.
Reeves,
James, Understanding Poetry ,
Heinemann, 1970.
Sabirin,
Anis, Mengenal Puisi, Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1973.
Slametmuljana,
Bimbingan Seni Sastra, Jakarta: J.B
Wolters, 1953.
Slametmuljana,
Peristiwa Bahasa Dan Sastra, Bandung:
Ganaco, 1956.
Sumardjo,
Jakob, Seluk-Beluk Cerita Pendek,
Bandung: Mitra Kencana, 1980.
Sumardjo,
Jakob, Memahami Kesussastraan,
Bandung: Alumni, 1984.
Swenson,
William G., Guide To Great Themes In
Short Fiction, Batam Book, 1975.
Swenson,
William G., Guide To Great Themes In
Drama, Bantam Book 1976.
Trisnowono,
Laki-Laki Dan Mesiu, Jakarta:
Pembangunan, 1962.
Wellek,
Rene & Austin Warren, Theory Of
Literature, New York: Harcourt, Brace Inc., 1956.
Yatim,
Wildan, Jalur Membenam, Jakarta:
Litera, 1974.
Zainal,
Baharuddin, Mendekati Kesusastraan,
Kuala Lumpur, Dewan Bahas Dan Pustaka, 1979.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar