Senin, 25 Juni 2012

LAPORAN BUKU



BAB I
PENGERTIAN SASTRA
1.      Apakah sastra itu?
1.1  Mengelak batasan
Ada beberapa alasan mengapa batasan tentang sastra sulit dibuat;
1)      Sastra bukan ilmu, tetapi sastra adalah seni
2)      Sebuah batasan selalu berusaha mengungkapkan hakikat sasaran
3)      Sebuah hakikat sastra sulit menjangkau hakikat dari semua jenis bentuk sastra
4)      Sebuah batasan tentang sastra biasanya tidak hanya berhenti pada deskripsi, tetapi suatu usaha penilaian.
1.2  Beberapa batasan
Diantaranya;
1)      Isi sastra
2)      Ekspresi
3)      Bentuk
4)      Bahasa
1.3  Hakikat keindahan
Suatu bentuk sastra disebut indah jika organisasi unsure-unsur yang dikandung didalamnya memenuhi syarat. Diantar syaratnya yaitu;
1)      Keutuhan
2)      Keselarasan
3)      Keseimbangan
4)      Focus
1.4  Mutu karya sastra
Bentuk sastra dapat dikatakan bermutu jika memenuhi;
1)      Karya sastra adalah sebuah usaha rekaman isi jiwa sastrawannya
2)      Sastra adalah komunikasi
3)      Sastra adalah sebuah keteraturan
4)      Sastra adalah penghiburan
5)      Sastra adalah sebuah integrasi
6)      Sebuah karya sastra yang bermutu merupakan penemuan
7)      Karya sastra yang bermutu merupakan ekspresi sastrawannya
8)      Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya yang pekat
9)      Karya sastra yang bermutu merupakan penafsiran kehidupan
10)  Karya sastra yang bermutu adalah sebuah pembaharuan.
1.5  Manfaat karya sastra
1)      Karya sastra besar member kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran hidup ini
2)      Karya sastra memberikan kegembiraan dan kepuasan batin
3)      Karya sastra besar itu abadi
4)      Karya sastra besar itu tidak mengenal batas kebangsaan
5)      Karya sastra besar adalah karya seni; indah dan memenuhi kebutuhan manusia terhadap naluri keindahan
6)      Karya sastra dapat memberikan pada kita penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui
7)      Membacakarya sastra besar juga  dapat menolong pembacanya menjadi manusia berbudaya
2.      Sastra sebagai pengalaman
Yang dimaksud dengan pengalaman disini adalah jawaban yang utuh dari jiwa manusia ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan.
3.      Sastra sebagai pengalaman seni
Pada dasarnya peristiwa sastra adalah peristiwa komunikasi, walaupun tentu saja suatu jenis komunikasi yang khas.didalam peristiwa sastra, pedengar atau pembaca menemukan kepuasan jika ia menyadari bahwa ia telah dapat memahami dan merasakan pikiran-pikiran dan perasaan sastrawan.
4.      Sastra sebagai karya seni
Ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya-karya (tulis ) lain yang bukan sastra, yaitu sifat khayali, adanya nilai seni dan adanya cara penggunaan bahasa yang khas.

5.      Sastra dan kehidupan
Hubungan sastra dan kehidupan dewasa ini merupakan suatu hal yang pelik dan masih dipermasalahkan orang. Di masyarakat tradisional, sastra merupakan bagian yang tak terpisahkan secara lahiriah dari kepercayaan, kegiatan mencari nafkah, pekerjaan, permainan, dan sebagainya.
6.      Jenis (genre) sastra
Sastra dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sastra imajinatif dan sastra non-imajinatif. Dalam penggolongan sastra prosa adalah fiksi dan drama. Jenis fiksi terbagi dalam genre-genre novel atau roman, cerita pendek, dan novelette. Sedangakan jenis drama terdiri dari drama komedi, drama tragedy, melodrama, dan drama tragokomedi.
Adapun genre puisi terdiri dari bentuk-bentuk puisi epic, puisi lirik, dan puisi dramatic. Dengan demikian dalam sastra dikenal genre-genre sastra yang dapat dibuat diagramnya sebagai berikut;


                                                         Bagan diagram1.1
                                                        

SASTRA NON-IMANIJATIF
SASTRA IMANJINATIF
1.      Memenuhi estetika seni (unity, balance, harmony, dan right emphasis)
2.      Cenderung mengemukakan fakta
3.      Bahasa cenderung denotative
1.      Memenuhi estetika seni (unity, balance, harmony, dan right emphasis)
2.       Cenderung khayali
3.      Bahasa cenderung konotatif

7.      Sastra non-imaninatif
Jenis-jenis sastra non-imajinatif yaitu;
7.1  Esei adalah karangan pendek tentang sesuatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.
Cara mengupas sesuatu fakta dalam esei dapat dibagi empat;
·         Esei deskripsi
·         Esei eksposisi
·         Esei argumentasi
·         Esei narasi
7.2  Kritik adalah analisis untuk menilai sesuatu karya seni, dalam hal karya sastra. Cara kerja kritikus ada dua yaitu deduktif dan induktif.
7.3  Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain (sastrawan). Tugas penulis biografi adalah menghadirkan kembali jalan hidup seseorang berdasarkan sumber atau fakta-fakta yang dapat dikumpulkannya. Ada empat biografi yaitu biografi ilmiah, biografi berat, biografi popular, dan novel biografi.
7.4  Otobiografi adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri, atau kadang-kadang ditulis oleh orang lain atas penuturan dan sepengetahuan tokohnya.
7.5  Sejarah adalah cerita tentang zaman lampau sesuatu masyarakat berdasarkan sumber-sumber tertulis maupun tidak tertulis.
7.6  Memoar adalah sebuah otobiografi, yaitu ruwayat yang ditulis oleh tokohnya sendiri. Bedanya, memoir membatasi diri pada sepenggal pengalaman tokohnya.
7.7  Catatan harian adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungan hidupnya yang ditulis secara teratur.
7.8  surat-surat
8.      Sastra imajinatif
8.1  Puisi
8.1.1        Puisi epik
Dalam puisi epic penyair menuturkan sebuah cerita dalam bentuk puisi. Dalam jenis ini dikenal bentuk-bentuk epos atau wiracerita, fable, dan balada.
8.1.2        Puisi lirik
Kalau dalam puisi epik penyair bersifat objektif dan impersonal terhadap objeknya, maka dalam puisi lirik penyair menyuarakan pikiran dan perasaan pribadinya secar lebih berperan. Puisi lirik ditinjau dari maksud sajak terbagi tiga yaitu puisi efektif, sajak kognitif, sajak ekspresif.  Sedangkan, dari segi isinya puisi lirik terbagi Sembilan, yaitu elegy, hymne, ode, epigram, humor, pastoral, idyl, satire, dan parodi.
8.1.3        Puisi dramatic 
Puisi drmatik pada dasarnya berisi analisis watak sesorang baik bersifat historis, mitos ataupun fiktif ciptaan penyairnya.
8.2  Fiksi atau prosa naratif
8.2.1        Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran luas. Ukuran luas disini berarti cerita dengan plot yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Novel dapat dibagi tiga yaitu novel percintaan, novel petualangan, novel fantasi.  
8.2.2        Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relative pendek. Kata pendek disini dapat diartikan; dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam. Dikatakan pendek karena genre ini, hanya mempunyai efek tunggal, karakter, polt, dan setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks.
8.2.3        Novelet adalah cerita berbentuk prosa yang panjangnya antara novel dan cerita pendek. Bentuk novelet juga sering disebut sebagai cerita pendek yang panjang saja.

8.3  Drama
Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan.
9.      Fiksi sastra dan eskapisme
Ada dua yang membedakan bacaan fiksi sastra dan fiksi popular. Pertama, tuntutan hiburan ringan pada novel dan cerita pendek popular, sedang pada novel dan cerita pendek sastra justru dituntut untuk memberikan pemahaman hidup secara luas dan mendalam. Kedua, fiksi popular bersifat eskapisme, yakni melepaskan diri dari kenyataan dan persoalan hidup sehari-hari.
















BAB II
CERITA PENDEK
1.      Plot
Plot yaitu jalannya cerita atau alur. Unsure-unsur plot antara lain;
1.1  Pengenalan
1.2  Timbul konfik
1.3  Konflik memuncak
1.4  Klimaks
1.5  Pemecahan masalah
2.      Tema
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya.
3.      Karakter
Karakter adalah penggmbaran tokoh pada cerita. Bagaimana kita bisa mengenali karakter dalam sebuah cerita?
3.1  Melalui apa yang diperbuatnya
3.2  Melalui  ucapan-ucapannya
3.3  Melalui penggambaran fisik tokoh
3.4  Melalui pikiran-pikirannya
3.5  Melalui penerangan langsung.
4.      Setting
Setting dalam fiksi bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya.
5.      Point of view
Point of view pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Ada empat point of view yang asasi, seperti;
5.1  Omniscient point of view (sudut pandang yang berkuasa)
5.2  Objectif point of view
5.3  Point of view orang pertama
5.4  Point of view peninjau.
6.      Gaya
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen, itulah gaya seorang pengarang.
7.      Suasana
Suasana adalah kejadian atau hanya pembicaraan tokohnya, tetapi selama kita mengikuti ceritanya terasa ada suasana tertentu yang menggayuti hati kita. Tentu saja bahwa suasana cerita baru terbina jika unsure cerita yang lain berjalan dengan baik.






















BAB III
DRAMA
1.      Anatomi sastra drama
Kebanyakan naskah-naskah drama dibagi-bagi dalam babak. Jika diperhatikan lebih seksama, pembagian ke dalam babak-babak itu tidak dilakukan pengarang dengan semena-mena, melainkan bersandar pada alas an yang kuat. Dengan kata lain, pengarang membagi-bagi naskahnya didorong oleh kebutuhan nyata. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pelaksanaan pemetasan naskah tersebut. Di dalam pementasan, peristiwa-peristiwa yang dilukiskan tidak selamanya terjadi disuatu tempat pada suatu waktu.
2.      Plot atau alur cerita
Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya, peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua, peristiwa ketiga dan selanjutnya, hingga pada dasar peristiwa terakhir ditentukan terjadinya oleh peristiwa pertama. Cara sederhana untuk menjelaskan pengertian plot adalah dengan mengambil dua contoh berikut; pertama, ayahnya meninggal dan keesokan harinya ibunya meninggal pula, dan kedua, ayahnya meninggal dan keesokan harinya, karena sedih, ibunya meninggal pula. Contoh ke-1 bukan plot; contoh ke-2 adalah plot, karena peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua.
Menurut Aristoteles menyatakan bahwa plot adalah roh drama. Disamping fungsi utamanya untuk mengungkapkan buah pikiran, plot melaksanakan faal lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu menangkap, membimbing, dan mengarahkan perhatian pembaca. Unsure plot yang harus diemban oleh pembaca yaitu;
2.1  Ketegangan (suspense)
2.2  Dadakan (surprise)
2.3  Ironi dramatic (dramatic irony)
3.      Struktur dramatic Aristoteles
Didalam cerita konvensional struktuk yang dipergunakan adalah struktur dramatic Aristoteles. Struktur adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang jika satu diantara bagiannya diubah atau dirusak, akan berubah atau rusaklah seluruh struktur itu. Struktur dramatic Aristoteles terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain saling tunjag- menunjang. Adapun bagian-bagian itu, yaitu
3.1  Eksposisi
Eksposisi adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Sesuai dengan kedudukannya, eksposisi berfaal sebagai pembuka yang memberikan penjelasan atau keterangan.
3.2  Komplikasi
Komplikasi atau penggawatan merupakan lanjutan dari eksposisi dan peningkatan daripadanya. Didalam bagian ini, salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakasa untuk mencapai tujuan tertentu.
3.3  Klimaks
Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan atau bertentangan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan. Didalam bentrokan itu nasib para tokoh cerita diceritakan.
3.4  Resolusi
Dalam bagian ini semua masalah yang ditimbulkan oleh prakasa tokoh atau tokoh-tokoh cerita terpecahkan.
3.5  Konklusi
Dalam bagian ini nasib tokoh-tokoh cerita sudah pasti.
4.      Tokoh cerita atau karakter
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau dari sebagian peristiwa yang digambarkan didalam plot. Sifat dan kedudukan tokoh cerita didalam suatu karya sastra dramaberaneragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan pada tokoh penting (major) dan ada pula yang tidak terlalu penting dan digolongkan pada tokoh pembantu (minor). Ada yang berkedudukan sebagai protagonist, antagonis, kepercayaan (confidant).
5.      Bahasa
Unsure drama yang sangat penting adalah bahasa. Kiranya tidak perlu dikemukakan lagi bahwa tanpa bahasa tidak mungkin diciptakan karya sastra drama. Namun, yang akan diuraikan disini ialah kedudukan dan faal bahasa terhadap unsure-unsur drama lainnya. Dalam hubungan dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran. Disamping untuk pembuatan tokoh, bahasa dapat menggerakkan plot. Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita. Melalui bahasa yang diucapkan oleh para tokoh cerita atau petunjuk pengarang, kita mengetahui tentang tempat, waktu atau zaman dan keadaan dimana cerita terjadi.   Selain itu, bahasa juga berperan sebagai hubungan dengan tokoh cerita, dan untuk mengungkapkan buah pikiran pengarang.
6.      Buah pikiran atau tema
Sebelum langsung pada tema dalam karya sastra drama, beberapa hal yang perlu dikemukakan terlebih dulu. Pertama, hal yang berhubungan dengan kedudukan seniman sebagai cendekiawan. Kedua, hal yang berhubungan dengan proses penciptaannya. Proses penciptaan karya sastra drama tidak lepas dari kecendekiawan. Seorang dramawan atau penulis naskah drama pertama menemuka masalah. Artinya, ia melihat kesenjangan antar kenyataan dan harapan.
Unsure buah pikiran dalam sastra drama terdiri dari masalah, pendapat, dan pesan pengarang secara langsung dan intuitif. Buah pikiran atau tema merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu buah pikiran justru menjadi pedoman dan pemersatu bagi unsure-unsur drama lainnya.
7.      Dorongan atau motivasi
Motivasi adalah unsure yang menentukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap percakapan (dialog) yang diucapkan oleh tokoh cerita, khususnya tokoh utama.
8.      Hubungan langkah-langkah apresiasi dengan unsur-unsur dramatik
8.1  Keterlibatan jiwa, yaitu suatu peristiwa ketika pembaca menyimak pikiran dan perasaan pengarang dalam hubungannya dengan suatu masalah yang dihadapi didalam kehidupannya.
8.2  Kemampuan pembaca untuk melihat hubungan mantik (logis) antara gerak-gerik pikiran, perasaan dan khayalnya dengan unsure-unsur drama yang terdapat dalam karya drama itu.
8.3  Apresiasi drama dicapai ketika pembaca mempermasalahkan dan menemukan atau tidak menemukan hubungan (relevansi) antara buah pikiran pengarang dengan pengalaman pribadinya dan pengalaman kehidupan masyarakat secara umum. Dalam tingkat ini pembaca menetapkan apakah buah dramawan ada manfaatnya, baik dari segi dirinya maupun bagi masyarakat.
LAMPIRAN I
PENGANTAR APRESIASI SASTRA
1.      Kata apresiasi mengandung pengertian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam hubungan dengan sastra dan pristiwa sastra, kata apresiasi mengandung pengertian memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai. Dapat disimpulkan apresiasi adalah suatu peristiwa dalam waktu. Artinya, untuk dapat memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai, seorang pembaca memerlukan waktu. Setelah suatu sastra selesai dibaca maka seorang pembaca baru dapat memutuskan secara adil, apakah ia dapat memahami, menikmati, menghargai atau menilai karya itu. Langkah-langkahnya;
1.1  keterlibatan jiwa
1.2  pembaca memahami dan menghargai penguasaan sastrawan terhadap cara-cara penyajian pengalaman hingga tercapai tingkat penghayatan yang pekat
1.3  pembaca memepermasalahkan dan menemukan hubungan  pengalaman yang ia dapat dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan nyata yang dihadapinya.

2.      Kerangka metode pengajaran apresiasi sastra
Metode pengajaran apresiasi sastra yang tepat adalah yang di satu pihak sesuai dengan hakikat dengan faal sastra sebagai pengalaman, dipihak lain sesuai dengan langkah-langkah apresiasi sastra. Langkah-langkah apresiasi sastra merupakan peristiwa yang melibatkan seseorang kedalam kegiata pikiran, perasaan, dan khayal, juga rasa puas, kekaguman dan pengahargaan. Dengan demikian, metode pengajaran apresiasi sastra tepat yaitu metode yang membuka peluang dari para siswa untuk mengalami perkembangan jiwa dan kepuasanserta kegembiraan dalam pergaulan mereka dengan karya-karya sastra. Tujuan utama pengajaran apresiasi ialah tumbuhnya kemampuan siswa dalam mengalami langkah demi langkah apresiasi dengan wajar dan lancar.


3.      Membaca bersama
Strategi belajar dikelas yang paling cocok bagi pengajaran apresiasi sastra  adalah strategi membaca bersama. Maksudnya, cara yang membri peluang pada para siswa untuk mengalami langkah demi langkah apresiasi sastra dengan dukungan baik dari sesame siswa maupun dari pengajar. Dalam strategi membaca bersama pengajar  menyiapkan dan menyajikan bahan pelajaran berupa karya sastra yang sesuai. Setelah memberikan tugas membaca kepada beberapa siswa, pengajar mendorong siswa untuk melakukan langkah-langkah apresiasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan secara seksama. Para siswa memberikan jawaban dan saling membantu menyempurnakan jawaban mereka dalam suatu diskusi yang dipimpin oleh pengajar.













BAHAN BACAAN
Ardan,S.M.,Terang Bulan Terang dikali,Jakarta: Pustaka Jaya, 1974.
Boesje, Motinggo,Nasehat Buat Anakku, Sastra ,1962.
Burton,S.H.,The Criticism Of Poetry, London: Longman,1977
Forster,E.M.,Aspek-Aspek Novel, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka,1997.
Hamalian,Leo dan Frederick R.Karl, The Shape Of Fiction,New York: Macgraw Hill, 1967.
HUDSON, William Henry, An Introduction to the Study of Literature, London: George G. Harrap, 1958.
Hutagalung,M.S., Memahami Dan Menikmati Puisi, Jakarta: Gunung Mulia,1971.
Hutagalung,M.S.,Telaah Puisi, Jakarta: Gunung Mulia, 1973
Jan van Luxemburg dkk.,Pengantar Ilmu Sastra (Terjemahan Dick Hartoko),Jakarta: Gramedia,1984.
Jassin,H.B., Tifa Penyair Dan Daerahnya, Jakarta: Gunung Agung. 1965.
Junus, Umar, Dasar-Dasar Interpretasi Sajak, Kuala Lumpur: Heinemann Asia,1981.
Kayam, Umar, Seribu Kunang-Kunang Di Mahattan, Jakarta: Pustaka Jaya,1972.
Kenney,William, How To Analyze Fiction, New York: Monarch Press. 1966.
Leo, Brother, English Literature, A Survey And A Commentary, london: . Grimm and company,1982.
Liaw Yock Fang, Ikhtisar Kritik Sastra, Singapura :Pustaka Nasional, 1955.
Lubis, Mochtar, Tehnik Mengarang,Jakarta: Dinas Penerbitan PP Dan K, 1955.
Lubis Mochtar, Kuli Kontrak, Jakarta : Sinar Harapan,10982.
Macgraw,H. Ward, Prose And Poetry Of America, The Singer Coy, 1935.
Meredith, Robert G., Structuring Your Novel, New York: Harpers And Row, 1972.
Notosusanto, Nugroho, Rasa Sayange, Jakarta: Pembangunan, 1961.
Oemarjati, Boen S., Bentuk Lakon Dalam Sastra Indonesia, Jakarta: Guung Agung, 1971.
Perrine, Laurence, Literature: Structure, Sound And Sense, New York: Harcourt Brace Javanovich,1978.
Poerwadarminta, W.J.S, Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang, Yogyakarta: U.P Indonesia,1979.
Raphael, A Book Of Stories, Macmillan Company,1960.
Ratmana, S.N., Sungai, Suara, Dan Luka, Jakarta: Sinar Harapan, 1981.
Reaske, Christopher Russer, How To Analyze Poetry , New York: Monarch Press, 1966.
Reaske, Christopher Russer, How To Analyze Drama, New York: Press, 1966.
Reeves, James, Understanding Poetry , Heinemann, 1970.
Sabirin, Anis, Mengenal Puisi, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1973.
Slametmuljana, Bimbingan Seni Sastra, Jakarta: J.B Wolters, 1953.
Slametmuljana, Peristiwa Bahasa Dan Sastra, Bandung: Ganaco, 1956.
Sumardjo, Jakob, Seluk-Beluk Cerita Pendek, Bandung: Mitra Kencana, 1980.
Sumardjo, Jakob, Memahami Kesussastraan, Bandung: Alumni, 1984.
Swenson, William G., Guide To Great Themes In Short Fiction, Batam Book, 1975.
Swenson, William G., Guide To Great Themes In Drama, Bantam Book 1976.
Trisnowono, Laki-Laki Dan Mesiu, Jakarta: Pembangunan, 1962.
Wellek, Rene & Austin Warren, Theory Of Literature, New York: Harcourt, Brace Inc., 1956.
Yatim, Wildan, Jalur Membenam, Jakarta: Litera, 1974.
Zainal, Baharuddin, Mendekati Kesusastraan, Kuala Lumpur, Dewan Bahas Dan Pustaka, 1979.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar