Senin, 25 Juni 2012

Wanita Penghuni Surga Itu…


Penulis: Ummu Rumman Siti Fatimah
Muraja’ah: ustadz Abu Salman
Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
Aku menjawab, “Ya”
Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’
Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’
Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.
Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya”
Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”
Wahai saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?
Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam?
Tidak. Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.
Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.
Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.
Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan – semoga Allah Memberi mereka petunjuk -.
Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.
Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammemiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.
Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”
Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.
Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.
Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???
Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”
Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.
Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)
Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.
Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.
Wahai saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?
Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.

Kisah Masuk Islamnya Seorang Dokter Amerika Karena Satu Ayat Al-Qur’an


Beberapa tahun yang lalu, seorang teman bercerita kepadaku tentang kisah masuknya seorang dokter Amerika ke dalam Islam. Dari apa yang kuingat dari kisah yang indah ini adalah : Kisah ini terjadi pada salah satu rumah sakit di Amerika Serikat.
Di rumah sakit tersebut, seorang dokter muslim bekerja dengan keilmuan yang sangat baik, sehingga memberi pengaruh besar untuk mengenal beberapa dokter Amerika. Dan dia, dengan kemampuan tersebut mengundang decak kagum mereka. Diantara para dokter Amerika ini, dia mempunyai satu teman akrab yaitu orang yang memiliki kisah ini. Mereka berdua selalu bertemu dan keduanya bekerja pada bagian persalinan.
Pada suatu malam, di rumah sakit tersebut terjadi dua peristiwa persalinan secara bersamaan. Setelah kedua wanita itu melahirkan, dua bayi tersebut tercampur dan tidak ada yang mengetahui masing-masing pemilik kedua bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu. Kerancuan ini terjadi disebabkan kecerobohan perawat yang seharusnya dia menulis nama ibu pada gelang yang diletakkan di tangan kedua bayi tersebut. Dan ketika kedua dokter tersebut tahu bahwa mereka berada dalam kebingungan; Siapakah ibu bayi laki-laki dan siapakah ibu bayi perempuan, maka dokter Amerika berkata kepada dokter Muslim,
”Engkau mengatakan bahwasanya Al-Qur’an telah menjelaskan segala sesuatu dan engkau mengatakan bahwasanya Al-Qur’an itu mencakup semua permasalahan-permasalahan apapun. Maka tunjukkanlah kepadaku cara mengetahui siapa ibu dari masing-masing bayi ini..!!”
Dokter Muslim itupun menjawab,
”Ya, Al-Qur’an telah menerangkan segala sesuatu dan akan aku buktikan kepadamu tentang hal itu. Biarkan kami mendiagnosa ASI kedua ibu dan kami akan menemukan jalan keluar.”
Setelah nampak hasil diagnosa, dengan sangat percaya diri dokter muslim itu memberitahu temannya si dokter Amerika, siapakah ibu sebenarnya dari masing-masing bayi tersebut…!!!! Dokter Amerika itupun terheran-heran dan bertanya, ”Bagaimana kamu tahu?”
Dokter Muslim menajwab
”Sesungguhnya hasil yang nampak menunjukkan bahwasanya kadar banyaknya ASI pada payudara ibu si bayi laki-laki dua kali lipat kandungannya dibanding ibu si bayi perempuan. Perbandingan kadar garam dan vitamin pada ASI si ibu bayi laki-laki itu juga dua kali lipat dibanding ibu si bayi perempuan.”
Kemudian dokter muslim tersebut membacakan ayat Al-Qur’an yang dia jadikan dasar argumen dari jalan keluar itu,
”Bagi laki-laki seperti bagian dua perempuan.” (QS. An-Nisa:11)
Dan setelah mendengarkan dokter Amerika itu arti ayat tersebut, dia jadi bengong, dan dia menyatakan keislamannya secara spontan tanpa ragu-ragu. Subhanallah, Maha Suci Allah Robb semesta alam.
Diambil dari : Kolom Kisah Teladan, Majalah Qiblati |Vol.01/No.4/ Desember 2005 | Dzulqa’idah 1426 H.

Tahukah Anda, Apa Yang Terkandung Dalam Pembalut Biasa Dan Apa Risikonya Bagi Kesehatan Anda?


Pembalut wanita adalah termasuk produk “cepat saji” dan produk sekali pakai. Karena itu, untuk menghemat biaya produksi, para produsen pembalut kerap mendaur ulang bahan sampah kertas bekas dan menjadikan sampah kertas bekas ini menjadi bahan dasar pembalut wanita.
Nah, proses daur ulang sampah kertas bekas ini tentu banyak menggunakan bahan-bahan kimia untuk proses pemutihan kembali, menghilangkan bau dan proses sterilisasi bakteri yang terdapat pada sampah kertas bekas.
Bagaimana cara membuktikan bahwa bahan dasar pembalut saya adalah dari sampah kertas daur ulang dan mengandung bahan pemutih?
Hampir semua wanita tidak pernah tahu tentang pembalut yang biasa mereka beli dan pakai selama ini. Dan mereka tidak pernah curiga dan tidak pernah mencoba merobek atau mengamati bahan pembalut yang biasa mereka pakai. Banyak wanita suka membeli pembalut biasa yang ada di pasaran hanya memikirkan harga murah dan cukup enak dipakai, tanpa mengetahui sedikitpun resiko kesehatan dari pemakaian pembalut atau pantyliner biasa.
Coba lakukanlah pengujian sebagai berikut:
  1. Sobek produk pembalut anda, ambil bagian inti di dalamnya.
  2. Ambil segelas air putih. Usahakan gunakan gelas transparan sehingga lebih jelas.
  3. Ambil sebagian dari lembaran inti pembalut dan celupkan ke dalam gelas, aduk dengan sumpit.
  4. Lihat perubahan warna air.
  5. Apakah produk tersebut utuh atau hancur seperti pulp. Jika hancur dan airnya keruh, berarti anda menggunakan produk yang berkualitas buruk dan banyak mengandung bahan pemutih.
  6. Anda akan menemukan gulungan kertas dan bukan kapas.
  7. Bahan pemutih tersbut mengandung dioksin yang sering menyebabkan bagian intim organ kewanitaan selalu mengalami banyak masalah, seperti keputihan, gatal-gatal, iritasi, juga pemicu terjadinya kanker mulut rahim/serviks dan gangguan kesehatan reproduksi lainnya.

FAKTA 1:
Pembalut biasa yang ada di pasaran mengandung dioksin yang dipakai pada bahan pemutih.
Apakah Dioksin Itu, dan Apa Akibat yang Ditimbulkan Kalau Organ Intim Saya Terpapar Oleh Bahan Kimia Ini?
Hasil-hasil riset tentang dioksin berikut menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas:
  • Dioksin merupakan produk sampingan dari proses pemutihan yang digunakan dalam pembuatan produk kertas, termasuk tampon, sanitary pads (pembalut), panty liners, dan popok diapers. (Kongres Tampon Safety and Act, 1999)
  • Dioksin, walaupun dalam jumlah sedikit, terakumulasi dalam jaringan lemak (Endometriosis Association, 2004). Intervensinya sampai pada tingkat sel, yang akhirnya mempengaruhi DNA, metabolisme hormon, sistem endokrin, reproduksi, fungsi imunitas dan faktor pertumbuhan (Jurnal Environmental Health Perspective, 1995)
  • Wanita yang terpapar dioksin dapat mengalami gangguan endokrin pada berbagai tahap kehidupan yang meningkatkan risiko gangguan dan kondisi yang berkaitan dengan masalah hormon seperti ketidakteraturan siklus menstruasi, infertilitas/mandul, endometriosis, gangguan autoimun dan kanker sistem reproduksi. (National Institute of Health, 2005)
  • Dalam penelitian in vitro dan in vivo (dicobakan ke hewan), paparan 2,3,7,8-TCDD (senyawa klorin) positif merusak hingga ke tingkat genetik seperti kerusakan DNA, mutasi gen, pertukaran kromatid saudara dan transformasi sel. (IARC, 1997)
  • Paparan dioksin dalam kadar tinggi, selain berisiko menimbulkan kanker dan non kanker juga mengganggu pertumbuhan/perkembangan janin, bayi/anak, karena dioksin dapat ditransfer melalui plasenta dan ASI. (Tampon Safety and Act Congress, 1999)
  • Ambang batas dioksin dalam tubuh manusia adalah 1 pikogram/kg berat badan. (EPA, 1987)
  • Pada proses produksi, terdapat dioksin yang terbawa dalam bahan rayon dan daur ulang. (Dioksin in American Sanitary products, 1998)
  • Butuh minimal 8 tahun dari 50% dioksin dikeluarkan tubuh. (Fact Sheet of Dioksin, 2004)
  • Salah satu sumber dioksin adalah bahan pemutih, bleaching, bubur kertas. (Fact Sheet of Dioksin, 2004)
  • Para ahli kesehatan merekomendasikan pemakaian pembalut yang tidak diberi pemutih dan serat sintetik, karena pemutih dapat menyebabkan risiko kesehatan, termasuk kanker ovarium, kanker mulut rahim/serviks, kanker payudara. (Tampon Safety, 2003)
Bagaimana Dioksin Masuk ke Rahim?
Bila darah haid (bersifat panas) jatuh ke permukaan pembalut, maka zat dioksin akan dilepaskan melalui proses penguapan. Uap dioksin masuk ke liang vagina, terus masuk ke serviks bahkan ke rongga rahim bahkan sampai ke ovarium. (YLKI)

FAKTA 2:
Bahan pemutih yang mengandung dioksin meningkatkan risiko kesehatan, termasuk kanker ovarium, keputihan, kanker mulut rahim/serviks, dan kanker payudara.

Fakta-fakta Tentang
Kanker Mulut Rahim/Serviks
  • Kanker serviks (mulut / leher rahim) adalah penyakit pembunuh wanita no 1 di dunia dengan jumlah penerita 630 juta (WHO).
  • Setiap hari kanker serviks merenggut nyawa 600 wanita di dunia dan 20 wanita Indonesia (YKI).
  • Menyerang 50% wanita usia 35-55 tahun, 50% lagi di bawah 35 tahun.
  • Di Indonesia, setiap hari 41 wanita terdeteksi kanker serviks (YKI).
  • Indonesia adalah negara dengan insiden kanker serviks tertinggi di dunia (WHO).
  • Peluang meninggal bila seorang wanita terdiagnosa kanker ini adalah 66%.
Bagaimana hubungan antara kanker serviks dan pemakaian pembalut yang mengandung bahan kima dioksin?
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papillomavirus). Infeksi HPV sebenarnya hal yang biasa terjadi. Virus ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Kebanyakan orang dewasa telah terinfeksi HPV pada suatu saat dalam kehidupan mereka. Tetapi tidak semua wanita yang terinfeksi oleh virus ini menderita kanker serviks. Ada beberapa kombinasi faktor-faktor tambahan yang bisa meningkatkan risiko timbulnya penyakit ini, yaitu antara lain: kebiasaan merokok, melemahnya sistem kekebalan tubuh, adanya infeksi bakteri/virus lain dalam tubuh, kurangnya kebersihan, dan paparan bahan kimia.


LAPORAN BUKU



BAB I
PENGERTIAN SASTRA
1.      Apakah sastra itu?
1.1  Mengelak batasan
Ada beberapa alasan mengapa batasan tentang sastra sulit dibuat;
1)      Sastra bukan ilmu, tetapi sastra adalah seni
2)      Sebuah batasan selalu berusaha mengungkapkan hakikat sasaran
3)      Sebuah hakikat sastra sulit menjangkau hakikat dari semua jenis bentuk sastra
4)      Sebuah batasan tentang sastra biasanya tidak hanya berhenti pada deskripsi, tetapi suatu usaha penilaian.
1.2  Beberapa batasan
Diantaranya;
1)      Isi sastra
2)      Ekspresi
3)      Bentuk
4)      Bahasa
1.3  Hakikat keindahan
Suatu bentuk sastra disebut indah jika organisasi unsure-unsur yang dikandung didalamnya memenuhi syarat. Diantar syaratnya yaitu;
1)      Keutuhan
2)      Keselarasan
3)      Keseimbangan
4)      Focus
1.4  Mutu karya sastra
Bentuk sastra dapat dikatakan bermutu jika memenuhi;
1)      Karya sastra adalah sebuah usaha rekaman isi jiwa sastrawannya
2)      Sastra adalah komunikasi
3)      Sastra adalah sebuah keteraturan
4)      Sastra adalah penghiburan
5)      Sastra adalah sebuah integrasi
6)      Sebuah karya sastra yang bermutu merupakan penemuan
7)      Karya sastra yang bermutu merupakan ekspresi sastrawannya
8)      Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya yang pekat
9)      Karya sastra yang bermutu merupakan penafsiran kehidupan
10)  Karya sastra yang bermutu adalah sebuah pembaharuan.
1.5  Manfaat karya sastra
1)      Karya sastra besar member kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran hidup ini
2)      Karya sastra memberikan kegembiraan dan kepuasan batin
3)      Karya sastra besar itu abadi
4)      Karya sastra besar itu tidak mengenal batas kebangsaan
5)      Karya sastra besar adalah karya seni; indah dan memenuhi kebutuhan manusia terhadap naluri keindahan
6)      Karya sastra dapat memberikan pada kita penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui
7)      Membacakarya sastra besar juga  dapat menolong pembacanya menjadi manusia berbudaya
2.      Sastra sebagai pengalaman
Yang dimaksud dengan pengalaman disini adalah jawaban yang utuh dari jiwa manusia ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan.
3.      Sastra sebagai pengalaman seni
Pada dasarnya peristiwa sastra adalah peristiwa komunikasi, walaupun tentu saja suatu jenis komunikasi yang khas.didalam peristiwa sastra, pedengar atau pembaca menemukan kepuasan jika ia menyadari bahwa ia telah dapat memahami dan merasakan pikiran-pikiran dan perasaan sastrawan.
4.      Sastra sebagai karya seni
Ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya-karya (tulis ) lain yang bukan sastra, yaitu sifat khayali, adanya nilai seni dan adanya cara penggunaan bahasa yang khas.

5.      Sastra dan kehidupan
Hubungan sastra dan kehidupan dewasa ini merupakan suatu hal yang pelik dan masih dipermasalahkan orang. Di masyarakat tradisional, sastra merupakan bagian yang tak terpisahkan secara lahiriah dari kepercayaan, kegiatan mencari nafkah, pekerjaan, permainan, dan sebagainya.
6.      Jenis (genre) sastra
Sastra dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sastra imajinatif dan sastra non-imajinatif. Dalam penggolongan sastra prosa adalah fiksi dan drama. Jenis fiksi terbagi dalam genre-genre novel atau roman, cerita pendek, dan novelette. Sedangakan jenis drama terdiri dari drama komedi, drama tragedy, melodrama, dan drama tragokomedi.
Adapun genre puisi terdiri dari bentuk-bentuk puisi epic, puisi lirik, dan puisi dramatic. Dengan demikian dalam sastra dikenal genre-genre sastra yang dapat dibuat diagramnya sebagai berikut;


                                                         Bagan diagram1.1
                                                        

SASTRA NON-IMANIJATIF
SASTRA IMANJINATIF
1.      Memenuhi estetika seni (unity, balance, harmony, dan right emphasis)
2.      Cenderung mengemukakan fakta
3.      Bahasa cenderung denotative
1.      Memenuhi estetika seni (unity, balance, harmony, dan right emphasis)
2.       Cenderung khayali
3.      Bahasa cenderung konotatif

7.      Sastra non-imaninatif
Jenis-jenis sastra non-imajinatif yaitu;
7.1  Esei adalah karangan pendek tentang sesuatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.
Cara mengupas sesuatu fakta dalam esei dapat dibagi empat;
·         Esei deskripsi
·         Esei eksposisi
·         Esei argumentasi
·         Esei narasi
7.2  Kritik adalah analisis untuk menilai sesuatu karya seni, dalam hal karya sastra. Cara kerja kritikus ada dua yaitu deduktif dan induktif.
7.3  Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain (sastrawan). Tugas penulis biografi adalah menghadirkan kembali jalan hidup seseorang berdasarkan sumber atau fakta-fakta yang dapat dikumpulkannya. Ada empat biografi yaitu biografi ilmiah, biografi berat, biografi popular, dan novel biografi.
7.4  Otobiografi adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri, atau kadang-kadang ditulis oleh orang lain atas penuturan dan sepengetahuan tokohnya.
7.5  Sejarah adalah cerita tentang zaman lampau sesuatu masyarakat berdasarkan sumber-sumber tertulis maupun tidak tertulis.
7.6  Memoar adalah sebuah otobiografi, yaitu ruwayat yang ditulis oleh tokohnya sendiri. Bedanya, memoir membatasi diri pada sepenggal pengalaman tokohnya.
7.7  Catatan harian adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungan hidupnya yang ditulis secara teratur.
7.8  surat-surat
8.      Sastra imajinatif
8.1  Puisi
8.1.1        Puisi epik
Dalam puisi epic penyair menuturkan sebuah cerita dalam bentuk puisi. Dalam jenis ini dikenal bentuk-bentuk epos atau wiracerita, fable, dan balada.
8.1.2        Puisi lirik
Kalau dalam puisi epik penyair bersifat objektif dan impersonal terhadap objeknya, maka dalam puisi lirik penyair menyuarakan pikiran dan perasaan pribadinya secar lebih berperan. Puisi lirik ditinjau dari maksud sajak terbagi tiga yaitu puisi efektif, sajak kognitif, sajak ekspresif.  Sedangkan, dari segi isinya puisi lirik terbagi Sembilan, yaitu elegy, hymne, ode, epigram, humor, pastoral, idyl, satire, dan parodi.
8.1.3        Puisi dramatic 
Puisi drmatik pada dasarnya berisi analisis watak sesorang baik bersifat historis, mitos ataupun fiktif ciptaan penyairnya.
8.2  Fiksi atau prosa naratif
8.2.1        Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran luas. Ukuran luas disini berarti cerita dengan plot yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Novel dapat dibagi tiga yaitu novel percintaan, novel petualangan, novel fantasi.  
8.2.2        Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relative pendek. Kata pendek disini dapat diartikan; dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam. Dikatakan pendek karena genre ini, hanya mempunyai efek tunggal, karakter, polt, dan setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks.
8.2.3        Novelet adalah cerita berbentuk prosa yang panjangnya antara novel dan cerita pendek. Bentuk novelet juga sering disebut sebagai cerita pendek yang panjang saja.

8.3  Drama
Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan.
9.      Fiksi sastra dan eskapisme
Ada dua yang membedakan bacaan fiksi sastra dan fiksi popular. Pertama, tuntutan hiburan ringan pada novel dan cerita pendek popular, sedang pada novel dan cerita pendek sastra justru dituntut untuk memberikan pemahaman hidup secara luas dan mendalam. Kedua, fiksi popular bersifat eskapisme, yakni melepaskan diri dari kenyataan dan persoalan hidup sehari-hari.
















BAB II
CERITA PENDEK
1.      Plot
Plot yaitu jalannya cerita atau alur. Unsure-unsur plot antara lain;
1.1  Pengenalan
1.2  Timbul konfik
1.3  Konflik memuncak
1.4  Klimaks
1.5  Pemecahan masalah
2.      Tema
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya.
3.      Karakter
Karakter adalah penggmbaran tokoh pada cerita. Bagaimana kita bisa mengenali karakter dalam sebuah cerita?
3.1  Melalui apa yang diperbuatnya
3.2  Melalui  ucapan-ucapannya
3.3  Melalui penggambaran fisik tokoh
3.4  Melalui pikiran-pikirannya
3.5  Melalui penerangan langsung.
4.      Setting
Setting dalam fiksi bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya.
5.      Point of view
Point of view pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Ada empat point of view yang asasi, seperti;
5.1  Omniscient point of view (sudut pandang yang berkuasa)
5.2  Objectif point of view
5.3  Point of view orang pertama
5.4  Point of view peninjau.
6.      Gaya
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen, itulah gaya seorang pengarang.
7.      Suasana
Suasana adalah kejadian atau hanya pembicaraan tokohnya, tetapi selama kita mengikuti ceritanya terasa ada suasana tertentu yang menggayuti hati kita. Tentu saja bahwa suasana cerita baru terbina jika unsure cerita yang lain berjalan dengan baik.






















BAB III
DRAMA
1.      Anatomi sastra drama
Kebanyakan naskah-naskah drama dibagi-bagi dalam babak. Jika diperhatikan lebih seksama, pembagian ke dalam babak-babak itu tidak dilakukan pengarang dengan semena-mena, melainkan bersandar pada alas an yang kuat. Dengan kata lain, pengarang membagi-bagi naskahnya didorong oleh kebutuhan nyata. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pelaksanaan pemetasan naskah tersebut. Di dalam pementasan, peristiwa-peristiwa yang dilukiskan tidak selamanya terjadi disuatu tempat pada suatu waktu.
2.      Plot atau alur cerita
Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya, peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua, peristiwa ketiga dan selanjutnya, hingga pada dasar peristiwa terakhir ditentukan terjadinya oleh peristiwa pertama. Cara sederhana untuk menjelaskan pengertian plot adalah dengan mengambil dua contoh berikut; pertama, ayahnya meninggal dan keesokan harinya ibunya meninggal pula, dan kedua, ayahnya meninggal dan keesokan harinya, karena sedih, ibunya meninggal pula. Contoh ke-1 bukan plot; contoh ke-2 adalah plot, karena peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua.
Menurut Aristoteles menyatakan bahwa plot adalah roh drama. Disamping fungsi utamanya untuk mengungkapkan buah pikiran, plot melaksanakan faal lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu menangkap, membimbing, dan mengarahkan perhatian pembaca. Unsure plot yang harus diemban oleh pembaca yaitu;
2.1  Ketegangan (suspense)
2.2  Dadakan (surprise)
2.3  Ironi dramatic (dramatic irony)
3.      Struktur dramatic Aristoteles
Didalam cerita konvensional struktuk yang dipergunakan adalah struktur dramatic Aristoteles. Struktur adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang jika satu diantara bagiannya diubah atau dirusak, akan berubah atau rusaklah seluruh struktur itu. Struktur dramatic Aristoteles terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain saling tunjag- menunjang. Adapun bagian-bagian itu, yaitu
3.1  Eksposisi
Eksposisi adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Sesuai dengan kedudukannya, eksposisi berfaal sebagai pembuka yang memberikan penjelasan atau keterangan.
3.2  Komplikasi
Komplikasi atau penggawatan merupakan lanjutan dari eksposisi dan peningkatan daripadanya. Didalam bagian ini, salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakasa untuk mencapai tujuan tertentu.
3.3  Klimaks
Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan atau bertentangan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan. Didalam bentrokan itu nasib para tokoh cerita diceritakan.
3.4  Resolusi
Dalam bagian ini semua masalah yang ditimbulkan oleh prakasa tokoh atau tokoh-tokoh cerita terpecahkan.
3.5  Konklusi
Dalam bagian ini nasib tokoh-tokoh cerita sudah pasti.
4.      Tokoh cerita atau karakter
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau dari sebagian peristiwa yang digambarkan didalam plot. Sifat dan kedudukan tokoh cerita didalam suatu karya sastra dramaberaneragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan pada tokoh penting (major) dan ada pula yang tidak terlalu penting dan digolongkan pada tokoh pembantu (minor). Ada yang berkedudukan sebagai protagonist, antagonis, kepercayaan (confidant).
5.      Bahasa
Unsure drama yang sangat penting adalah bahasa. Kiranya tidak perlu dikemukakan lagi bahwa tanpa bahasa tidak mungkin diciptakan karya sastra drama. Namun, yang akan diuraikan disini ialah kedudukan dan faal bahasa terhadap unsure-unsur drama lainnya. Dalam hubungan dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran. Disamping untuk pembuatan tokoh, bahasa dapat menggerakkan plot. Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita. Melalui bahasa yang diucapkan oleh para tokoh cerita atau petunjuk pengarang, kita mengetahui tentang tempat, waktu atau zaman dan keadaan dimana cerita terjadi.   Selain itu, bahasa juga berperan sebagai hubungan dengan tokoh cerita, dan untuk mengungkapkan buah pikiran pengarang.
6.      Buah pikiran atau tema
Sebelum langsung pada tema dalam karya sastra drama, beberapa hal yang perlu dikemukakan terlebih dulu. Pertama, hal yang berhubungan dengan kedudukan seniman sebagai cendekiawan. Kedua, hal yang berhubungan dengan proses penciptaannya. Proses penciptaan karya sastra drama tidak lepas dari kecendekiawan. Seorang dramawan atau penulis naskah drama pertama menemuka masalah. Artinya, ia melihat kesenjangan antar kenyataan dan harapan.
Unsure buah pikiran dalam sastra drama terdiri dari masalah, pendapat, dan pesan pengarang secara langsung dan intuitif. Buah pikiran atau tema merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu buah pikiran justru menjadi pedoman dan pemersatu bagi unsure-unsur drama lainnya.
7.      Dorongan atau motivasi
Motivasi adalah unsure yang menentukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap percakapan (dialog) yang diucapkan oleh tokoh cerita, khususnya tokoh utama.
8.      Hubungan langkah-langkah apresiasi dengan unsur-unsur dramatik
8.1  Keterlibatan jiwa, yaitu suatu peristiwa ketika pembaca menyimak pikiran dan perasaan pengarang dalam hubungannya dengan suatu masalah yang dihadapi didalam kehidupannya.
8.2  Kemampuan pembaca untuk melihat hubungan mantik (logis) antara gerak-gerik pikiran, perasaan dan khayalnya dengan unsure-unsur drama yang terdapat dalam karya drama itu.
8.3  Apresiasi drama dicapai ketika pembaca mempermasalahkan dan menemukan atau tidak menemukan hubungan (relevansi) antara buah pikiran pengarang dengan pengalaman pribadinya dan pengalaman kehidupan masyarakat secara umum. Dalam tingkat ini pembaca menetapkan apakah buah dramawan ada manfaatnya, baik dari segi dirinya maupun bagi masyarakat.
LAMPIRAN I
PENGANTAR APRESIASI SASTRA
1.      Kata apresiasi mengandung pengertian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam hubungan dengan sastra dan pristiwa sastra, kata apresiasi mengandung pengertian memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai. Dapat disimpulkan apresiasi adalah suatu peristiwa dalam waktu. Artinya, untuk dapat memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai, seorang pembaca memerlukan waktu. Setelah suatu sastra selesai dibaca maka seorang pembaca baru dapat memutuskan secara adil, apakah ia dapat memahami, menikmati, menghargai atau menilai karya itu. Langkah-langkahnya;
1.1  keterlibatan jiwa
1.2  pembaca memahami dan menghargai penguasaan sastrawan terhadap cara-cara penyajian pengalaman hingga tercapai tingkat penghayatan yang pekat
1.3  pembaca memepermasalahkan dan menemukan hubungan  pengalaman yang ia dapat dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan nyata yang dihadapinya.

2.      Kerangka metode pengajaran apresiasi sastra
Metode pengajaran apresiasi sastra yang tepat adalah yang di satu pihak sesuai dengan hakikat dengan faal sastra sebagai pengalaman, dipihak lain sesuai dengan langkah-langkah apresiasi sastra. Langkah-langkah apresiasi sastra merupakan peristiwa yang melibatkan seseorang kedalam kegiata pikiran, perasaan, dan khayal, juga rasa puas, kekaguman dan pengahargaan. Dengan demikian, metode pengajaran apresiasi sastra tepat yaitu metode yang membuka peluang dari para siswa untuk mengalami perkembangan jiwa dan kepuasanserta kegembiraan dalam pergaulan mereka dengan karya-karya sastra. Tujuan utama pengajaran apresiasi ialah tumbuhnya kemampuan siswa dalam mengalami langkah demi langkah apresiasi dengan wajar dan lancar.


3.      Membaca bersama
Strategi belajar dikelas yang paling cocok bagi pengajaran apresiasi sastra  adalah strategi membaca bersama. Maksudnya, cara yang membri peluang pada para siswa untuk mengalami langkah demi langkah apresiasi sastra dengan dukungan baik dari sesame siswa maupun dari pengajar. Dalam strategi membaca bersama pengajar  menyiapkan dan menyajikan bahan pelajaran berupa karya sastra yang sesuai. Setelah memberikan tugas membaca kepada beberapa siswa, pengajar mendorong siswa untuk melakukan langkah-langkah apresiasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan secara seksama. Para siswa memberikan jawaban dan saling membantu menyempurnakan jawaban mereka dalam suatu diskusi yang dipimpin oleh pengajar.













BAHAN BACAAN
Ardan,S.M.,Terang Bulan Terang dikali,Jakarta: Pustaka Jaya, 1974.
Boesje, Motinggo,Nasehat Buat Anakku, Sastra ,1962.
Burton,S.H.,The Criticism Of Poetry, London: Longman,1977
Forster,E.M.,Aspek-Aspek Novel, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka,1997.
Hamalian,Leo dan Frederick R.Karl, The Shape Of Fiction,New York: Macgraw Hill, 1967.
HUDSON, William Henry, An Introduction to the Study of Literature, London: George G. Harrap, 1958.
Hutagalung,M.S., Memahami Dan Menikmati Puisi, Jakarta: Gunung Mulia,1971.
Hutagalung,M.S.,Telaah Puisi, Jakarta: Gunung Mulia, 1973
Jan van Luxemburg dkk.,Pengantar Ilmu Sastra (Terjemahan Dick Hartoko),Jakarta: Gramedia,1984.
Jassin,H.B., Tifa Penyair Dan Daerahnya, Jakarta: Gunung Agung. 1965.
Junus, Umar, Dasar-Dasar Interpretasi Sajak, Kuala Lumpur: Heinemann Asia,1981.
Kayam, Umar, Seribu Kunang-Kunang Di Mahattan, Jakarta: Pustaka Jaya,1972.
Kenney,William, How To Analyze Fiction, New York: Monarch Press. 1966.
Leo, Brother, English Literature, A Survey And A Commentary, london: . Grimm and company,1982.
Liaw Yock Fang, Ikhtisar Kritik Sastra, Singapura :Pustaka Nasional, 1955.
Lubis, Mochtar, Tehnik Mengarang,Jakarta: Dinas Penerbitan PP Dan K, 1955.
Lubis Mochtar, Kuli Kontrak, Jakarta : Sinar Harapan,10982.
Macgraw,H. Ward, Prose And Poetry Of America, The Singer Coy, 1935.
Meredith, Robert G., Structuring Your Novel, New York: Harpers And Row, 1972.
Notosusanto, Nugroho, Rasa Sayange, Jakarta: Pembangunan, 1961.
Oemarjati, Boen S., Bentuk Lakon Dalam Sastra Indonesia, Jakarta: Guung Agung, 1971.
Perrine, Laurence, Literature: Structure, Sound And Sense, New York: Harcourt Brace Javanovich,1978.
Poerwadarminta, W.J.S, Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang, Yogyakarta: U.P Indonesia,1979.
Raphael, A Book Of Stories, Macmillan Company,1960.
Ratmana, S.N., Sungai, Suara, Dan Luka, Jakarta: Sinar Harapan, 1981.
Reaske, Christopher Russer, How To Analyze Poetry , New York: Monarch Press, 1966.
Reaske, Christopher Russer, How To Analyze Drama, New York: Press, 1966.
Reeves, James, Understanding Poetry , Heinemann, 1970.
Sabirin, Anis, Mengenal Puisi, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1973.
Slametmuljana, Bimbingan Seni Sastra, Jakarta: J.B Wolters, 1953.
Slametmuljana, Peristiwa Bahasa Dan Sastra, Bandung: Ganaco, 1956.
Sumardjo, Jakob, Seluk-Beluk Cerita Pendek, Bandung: Mitra Kencana, 1980.
Sumardjo, Jakob, Memahami Kesussastraan, Bandung: Alumni, 1984.
Swenson, William G., Guide To Great Themes In Short Fiction, Batam Book, 1975.
Swenson, William G., Guide To Great Themes In Drama, Bantam Book 1976.
Trisnowono, Laki-Laki Dan Mesiu, Jakarta: Pembangunan, 1962.
Wellek, Rene & Austin Warren, Theory Of Literature, New York: Harcourt, Brace Inc., 1956.
Yatim, Wildan, Jalur Membenam, Jakarta: Litera, 1974.
Zainal, Baharuddin, Mendekati Kesusastraan, Kuala Lumpur, Dewan Bahas Dan Pustaka, 1979.